Soal Jumlah Korban, Sniper AS Ini Bunuh Lebih Banyak ‘Korban’ Dibanding Stephen Paddock di Las Vegas

Ade Sulaeman

Penulis

Para sniper jagoan militer AS terkenal berkat prestasi tempurnya karena sukses membunuh orang-orang penting.

Intisari-Online.com - Las Vegas, AS (2/10) diguncang oleh aksi serangan penembak jitu (sniper) yang mengakibatkan puluhan orang meninggal.

Tragedi berdarah ini sebenarnya bukan merupakan hal baru dan mengejutkan karena sudah sering terjadi meskipun jumlahnya korbannya terbilang lebih sedikit.

Tapi orang bersenjata di AS yang nekat menembaki kerumunan orang yang jelas merupakan seorang penembak yang handal mengingat jumlah korbannya lebih dari 50 orang, belum termasuk puluhan orang lainnya yang terluka.

Untuk menemukan orang yang memiliki kemampaun menembak handal seperti sniper di seantero AS memang tidak sulit mengingat hampir semua warganya bisa memiliki senjata api dan juga memiliki tradisi berburu.

Maka warga AS yang memiliki kemampuan menembak jitu akan menjadi manusia yang makin mematikan ketika bergabung dengan militer dan dikirim ke medan perang.

Para sniper jagoan militer AS pun menjadi terkenal berkat prestasi tempurnya karena sukses membunuh orang-orang penting, terutama prajurit musuh berpangkat jenderal seperti yang pernah dilakukan oleh anggota US Army, Carlos Hathcock.

Selain memiliki sniper legendaris seperti Carlos Hathcock yang pernah menembak mati 93 pasukan lawan, militer AS, khususnya US Army, juga memiliki sniper handal yang terbukti kehebatannya di medan tempur Vietnam, yakni Adelbert F Waldron.

Kemampuan Waldron bahkan lebih hebat dibandingkan Hathcock. Pasalnya dalam tugas tempur sebagai seorang sniper, Waldron behasil menembak mati sebanyak 109 personel pasukan musuh.

Sebelum bergabung dengan 9th Infantry Division, Waldron terlebih dahulu bertugas di US Navy selama 12 tahun (1953-1965).

Ketika bergabung ke US Army dengan pangkat sersan pada tahun 1968, Waldron langsung dikirim ke Vietnam dan ditempatkan di Company B, 3rd Battalion, 60 th Infantry Regiment, 9th Infantry Division.

Salah satu alasan Waldron bergabung ke US Army adalah kemahirannya menembak jitu.

Berkat kemampuanya itu, oleh komandan divisinya, Letjen Julian J Ewell, Waldron dipercaya untuk melatih para calon sniper yang berlatih di 9th Infantry Sniper School.

Sebelum diterjunkan ke Vietnam, personel pasukan 9th Infantry Division telah dilatih secara khusus untuk terjun ke palagan Vietnam khususnya di Delta Mekong.

Tugas utama pasukan yang baru diaktifkan sejak PD II itu adalah mencegah penyusupan pasukan Vietnam Utara lewat aliran sungai.

Untuk mendukung operasional 9th Infantry yang bergerak di sungai Mekong kekuatannya terbagi ke dalam sejumlah unit Mobile Riverine Force (MRF).

Markas dan barak 9th Infantry pun merupakan bangunan terapung di atas sungai dan sewaktu melaksanakan misi tempur ke daratan, pasukan diangkut menggunakan kapal-kapal khusus Armoured Troop Carrier (ATCS).

Untuk melancarkan misi tempurnya, 9th Infantry juga bekerja sama dengan US Navy Task Force 117 yang memiliki kapal-kapal kecil bersenjata dan kerap disebut sebagai Tango Boat.

Sebagai sniper, Waldron bisa menghajar musuh baik darat maupun dari atas kapal yang sedang menyusuri permukaan sungai Mekong.

Saat bertempur, Waldron merupakan sniper yang unik karena tidak menggunakan senjata khusus sniper, melainkan senjata semi otomatis M-14 (M-21) berteleskop Leatherwood 3X-9X Adjustable Ranging Telescope (ART) yang sangat akurat untuk membidik dari jarak 800 meter menggunakan peluru standar NATO kaliber 7.62 mm.

Selain bertempur pada siang hari, Waldron juga melancarkan misi tempur malam hari menggunakan senapan runduk yang dilengkapi teleskop malam.

Dengan teleskop pelihat malam itu, pada suatu misi, Waldron pernah berhasil menumbangkan 9 gerilya Vietcong.

Tapi aksi Waldron yang paling spektakuler adalah sewaktu dirinya berada di kapal Tango Boat yang sedang melintasi sungai Mekong.

Tiba-tiba terdengar tembakan sniper dari daratan dan pelurunya menghantam salah sisi dinding kapal.

Semua pasukan yang berada di kapal segera bersembunyi sambil mencari-cari dari mana datangnya tembakan sniper yang jarak tembaknya sekitar 900 meter itu.

Waldron yang cepat-cepat mengambil senapan snipernya sambil berlindung di balik dinding kapal segera menemukan lokasi sniper lawan.

Tampak seorang sniper Vietcong berada di pucuk pohon kelapa sedang bersiap membidik.

Waldron tak mau membiarkan sniper Vietcong itu mengambil nyawa rekan-rekannya.

Tembakan tunggal meletus dari senapan Waldron disusul jatuhnya sniper Vietcong yang selanjutnya menghantam tanah.

Tembakan Waldron yang dilakukan dari jarak 900 meter tersebut membuat rekan-rekannya terkesima dan langsung melambungkan namanya sebagai sniper legendaris US Army.

Selama bertugas di Vietnam, Waldron berhasil menembak mati musuh sebanyak 109 personel (confirmed kills), dan merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai oleh para sniper militer AS untuk beberapa dekade.

Pemerintah AS pun memberikan sejumlah penghargaan prestisius seperti Silver Star, Bronze Star, dua medali Distinguished Service Crosses, dan satu medali Presidential Unit Citation.

Ketika usai bertugas di Vietnam, Waldron yang mendapat kenaikkan pangkat Staff Sergeant, bertugas sebagai instruktur di Army Marksmanship Unit.

Waldron juga sempat berkarier sebagai tentara bayaran, ahli senjata untuk CIA, mengajar di kursus menembak yang lokasinya disebut sebagai “tanah pertanian” yang mengajarkan motto membunuh atau dibunuh.

Waldron meninggal pada 18 Oktober 1995 di usia 62 tahun dan dimakamkan di Riverside National Cemetery, California.

Artikel Terkait