Find Us On Social Media :

Penumpasan Gerakan 30 September Menjadi Semakin Tak Terkontrol ketika Ormas Anti-PKI Ikut Terlibat

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 29 September 2017 | 18:00 WIB

Mereka adalah Letnan Kolonel Usman yang ketika menghadap bersenjata pistol dan Kolonel Suhirman.

Bersama pasukannya, Suhirman berhasil merebut Skodam VII sebagai markas dan mengambil oper pimpinan untuk menyebarkan kegiatannya ke seluruh Korem dan Brigrif-brigrif Kodam Diponegoro.

Dukungan serupa diberikan oleh Wali Kota Solo, Utomo Ramelan, bupati Boyolali dan Karanganyar.

Ketika Pangdam Brigjen Suryo tiba di Salatiga dan masuk ke markas tentara, pasukan pendukung Gestapu segera mengepung.

Kepada Suryo, pemimpin pasukan itu berkata, “Jenderal, saya harus menangkap Anda.”

Setelah berdebat sejenak, Brigjen Suryo berhasil meyakinkan kepala pasukan yang sedang bingung itu dan memerintahkannya tetap di situ bersama tentaranya.

Kemudian Brigjen Suryo pun dibiarkannya pergi ke Semarang.

Nasib mujur Brigjen Suryo ternyata tidak dialami oleh Kolonel Katamso.

(Baca juga: Jika Upaya CIA Mendorong G30S Urung Terjadi, Militer Amerika Sudah Siap Menginvasi)

Ketika briefing di Magelang baru saja usai, anak buahnya yang membelot dan mendukung Gestapu berhasil menguasai Yogyakarta.

Pemimpinnya, Mayor Mulyono, memerintahkan untuk menangkap Katamso dan stafnya, Letkol Sugiyono. Keduanya kemudian dibunuh.

Setelah komandan dihabisi, pasukan pembelot membagi-bagikan senjata kepada sipil yang mendukung mereka.