Advertorial
Intisari-Online.com – “Aduh anaknya gemuk ya. Pasti sehat dan makannya banyak! Lucunya....."
Sebagian besar dari kita tentu tak asing dengan kalimat semacam ini.
Balita tambun berpipi penuh memang terlihat menggemaskan sehingga banyak orangtua yang bangga bila anaknya bertubuh subur.
Benarkah gemuk itu sehat?
Baca Juga : 8 Cara 'Menolak' Menjadi Tua dan Gemuk Ini Patut Anda Coba, Apa Saja?
Gemuk sebenarnya merupakan kata lain dari obesitas atau overweight. Kondisi ini terjadi ketika jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan tubuh tidak seimbang.
Menurut Dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK, spesialis gizi klinik, obesitas terjadi karena asupan makan lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dibakar.
Kebanyakan anak zaman sekarang makan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh.
Akibatnya ada kelebihan energi dalam tubuh yang disimpan dalam bentuk lemak.
Lalu bagimana cara mengetahui apakah anak menderita obesitas?
Mudah. Hitunglah Indeks Massa Tubuh (IMT) anak dengan rumus yang sederhana. Bagi berat badan dengan tinggi kuadrat dengan satuan kg dan m.
Jadi semisal berat badan anak Anda 18kg dan tingginya 75cm, perhitungannya 18/0,75 x 0,75.
Setelah dihitung, IMT anak Anda adalah 32. Apakah arti dari angka tersebut? Anda bisa mengeceknya pada tabel Kategori Berat Badan dan BMI.
Seseorang dikategorikan sebagai penderita obesitas jika IMT-nya lebih dari 25.
Jadi semisal anak Anda memiliki IMT 32, ia sudah masuk dalam kategori obesitas. IMT lebih dari 35 sudah merupakan lampu merah yang besar.
Jadi sudah saatnya Anda memperhatikan pola makan buah hati tercinta.
Nah, sebenarnya apa sih dampak buruk obesitas? Apakah benar dapat menyebabkan berbagai penyakit?
Baca Juga : 5 Menu Pilihan Sarapan yang Tidak Bikin Gemuk, Diet Tetap Enak dan Bisa Segera Dicoba!
Momok bernama obesitas
Menurut badan kesehatan dunia WHO, obesitas adalah penyebab utama kematian di dunia. Sekitar 3,4 juta remaja meninggal setiap tahunnya karena kelebihan berat badan.
Samuel menambahkan, obesitas dini pada anak sangat berbahaya karena menyebabkan diabetes, hipertensi, dan sakit pada lutut.
Pada beberapa kasus, kaki anak juga menjadi bengkok karena tidak kuat menahan beban tubuh yang berlebih.
Saat tidur anak pun menjadi ngorok. Ngorok merupakan sebuah kondisi yang berbahaya.
Ngorok bukanlah tanda tubuh mengalami kelelahan. Hal ini terjadi karena leher anak terlalu tebal tertimbun daging sehingga lidah terdorong ke belakang dan menutup sebagian jalan pernapasan.
Seperti suling yang berbunyi ketika lubangnya ditutup sebagian, itulah yang terjadi ketika anak mengorok.
Akibat dari tertutupnya sebagian lubang pernapasan ini otak tidak mendapat cukup oksigen.
Oleh karenanya anak yang obesitas biasanya mengantuk dan malas di sekolah sebab tak bisa berpikir jernih.
Membiarkan anak tumbuh dengan berat badan berlebih juga memicu diabetes tipe dua.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 44% penderita diabetes merupakan orang yang obesitas.
Biasanya penyakit ini muncul saat anak mulai menginjak usia sekitar 12 tahun.
Jika sejak kecil anak sudah mengidap diabetes, selamanya ia akan hidup dengan penyakit tersebut.
Jadi jangan sampai Anda membiarkan buah hati tercinta menderita seumur hidup.
Baca Juga : Pengantin ini Diam-diam 'Bikin Gemuk' Bridesmaid-Nya Karena Takut Kalah Cantik
Aktivitas dan atur pola makan
Meski menakutkan, obesitas bukan tak mungkin dihindari. Penyakit yang satu ini sebenarnya tak sulit untuk dijauhkan dari anak-anak kita.
Caranya tentu dengan melihat penyebab obesitas itu sendiri. Faktor genetik tak bisa diubah. Akan tetapi pola makan dan aktivitas anak bisa diatur oleh orangtua.
Mulai sekarang tambahlah aktivitas anak. Ajak mereka melakukan permainan yang memaksa tubuh untuk bergerak.
Ajak anak melakukan olahraga yang membutuhkan banyak gerak seperti berlari, melompat, dan berenang.
Pada saat yang sama, pola makan anak juga harus dijaga. Akan tetapi pembatasan makan anak juga tidak boleh seenaknya.
Anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga kekurangan nutrisi justru dapat membuat tubuh mereka tak bisa tinggi.
“Jika Anda masih ragu-ragu, coba temui dokter dan konsultasikan pola makan ideal untuk anak."
"Biarkan dokter yang menghitung seberapa banyak makanan yang bisa dikonsumsi anak untuk tetap bertumbuh,” ungkap Dr. Samuel.
Diet tanpa salah satu jenis makanan juga tidak disarankan.
“Jangan menghilangkan karbohidrat dari asupan makan anak. Otak dapat energi dari karbohidrat. Jika Anda menghilangkan karbohidrat, anak tak bisa berpikir,” jelas Samuel.
Meski begitu, karbohidrat yang diberikan tentu harus diseleksi. Alih-alih memberikan nasi atau roti putih, coba biasakan anak memakan nasi merah atau roti gandum.
“Diet anak harus seimbang. Karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin semuanya harus lengkap."
"Jadi jangan menghilangkan salah satu jenis makanan pada diet anak,” tambah doktor ilmu gizi tersebut.
Baca Juga : Si Gemuk Enny Bagi-bagi Rahasia Berhubungan Intim Asyik untuk Kaum Bertubuh XL
Masalahnya pada pola pikir
Bagi sebagian orang, gemuk sering diidentikkan dengan kemakmuran, namun sesungguhnya obesitas bukanlah penyakit orang kaya.
Obesitas dapat diderita oleh semua kalangan. Memang dahulu penyakit ini merupakan sindrom yang melanda negara dengan pendapatan tinggi.
Akan tetapi sekarang negara dengan pendapatan sedang dan rendah pun mempunyai masalah yang sama.
Data terbaru menunjukkan, di negara-negara berkembang, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak prasekolah meningkat 30%. Lebih dari 30 juta anak dengan kelebihan berat badan tinggal di negara berkembang.
Jadi bukan berarti masyarakat menengah ke bawah bebas dari intaian penyakit ini.
“Peminta-minta di pinggir jalan juga bisa obesitas bila ia senang jajan gorengan. Jangan dikira orang yang tidak kaya bebas dari ancaman obesitas. Penyakit ini tidak pandang kalangan,” kata Dr. Samuel.
Salah satu kendala utama dalam mengatasi masalah obesitas di Indonesia adalah campur tangan keluarga.
Samuel tak hanya sekali atau dua kali menemui kasus keluarga yang tidak tega saat anaknya sedang mengikuti aturan pola makan yang ia berikan.
Bahkan ada pasien yang justru berat badannya naik lantaran keluarganya merasa kasihan karena anak tersebut makannya lahap.
“Harusnya mereka berdua sadar dan mulai mengajari anak bagaimana makan dengan benar,” ungkap dokter yang juga memiliki tiga anak ini.
Jadi kesulitan utama dalam menghadapi masalah obesitas pada anak sebenarnya adalah mengubah pola pikir.
Selama ini kita terbiasa mengatakan anak yang gemuk itu sehat. Padahal stereotip itu sama sekali tidak benar.
Gemuk jelas-jelas tak sehat karena memicu timbulnya berbagai macam penyakit dan kelak akan membuat anak tidak percaya diri dalam pergaulan.
Nah, tentu sekarang kita sudah yakin bahwa gemuk sama sekali bukan sehat melainkan sesat. (Lila Nathaniya – Intisari Extra November 2014)
Baca Juga : Bukan yang Langsing Bak Model, Perempuan Paling Menyenangkan adalah yang Bertubuh Gemuk