Namun di luar dugaan, Trimurti menolak dengan alasan ingin berkonsentrasi menyelesaikan kuliah.
Sebuah penolakan yang jarang terjadi, apalagi jika kita melihat dewasa ini para politisi justru ramai memperebutkan kursi menteri.
Pada awal masa Orde Baru, Trimurti menjadi pengurus Dewan Harian Angkatan '45 dan mendirikan majalah kebatinan Mawas Diri.
Di masa Orde Baru pula, persisnya pada 1980, S.K Trimurti ikut menanda tangani "Petisi 50".
Sejak itu, geraknya jadi sangat dibatasi. Sementara itu, di era reformasi, ia aktif menghadiri berbagai kegiatan.
Begitulah Surastri alias S.K Trimurti. Sepanjang hidupnya, ia bak tak pernah mengenal kata menyerah.
Demi perjuangan, ia rela kehilangan status sebagai pegawai pemerintahan kolonial.
la pun tidak takut keluar masuk penjara.
Lalu menerima tawaran menjadi Menteri Perburuhan, walaupun dengan gaji lebih rendah daripada penghasilannya sebagai penulis pada beberapa surat kabar.
Sedangkan di episode yang lain, ia malah menolak jabatan Menteri yang ditawarkan Presiden Sukarno karena lebih memilih memilih berkonsentrasi menyelesaikan studi.
Idealismenya tak pernah mati. "Terdapat pemimpinpemimpin yang baik, pentimpin- pemimpin yang kurang baik, dan pemimpin-pemimpin yang tidak baik, yang bukan menguntungkan rakyat, akan tetapi malah merugikan rakyat.'
(Asvi Warman Adam / Sejarawan LIPI)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR