Intisari-Online.com - Seiring pengakuan Arab Saudi bahwa jurnalis Jamal Khashoggi telah tewas terbunuh, Presiden Amerika Serikat Donald Trump terlihat enggan untuk memberi sanksi kepada negara yang jadi pembeli senjata buatan negaranya tersebut.
Ya, meski sempat menyatakan bahwa Khashoggi telah keluar dari Konsulat Arab Saudi (di mana sang jurnalis diduga dihabisi), Arab Saudi akhirnya mengaku bahwa Khashoggi "tewas dalam pertikaian" di konsulat.
Terus didesak oleh wartawan terkait dengan skandal yang diduga melibatkan putra mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, Trump akhirnya buka suara.
"Saya pikir ini langkah pertama yang baik, itu langkah besar. Ada banyak orang, banyak orang yang terlibat, dan saya pikir itu langkah pertama yang hebat,” kata Trump kepada wartawan seperti dikutip Reuters dan dilansir Intisari Online dari kontan.co.id.
Trump mengakui aksi pembunuhan tersebut bukanlah sesuatu hal yang dapat diterima.
Meski memberi pernyataan seperti itu, Trump terlihat ragu-ragu, bahkan enggan, ketika ditanya soal sanksi yang akan dijatuhkan kepada AS.
"Keengganan" tersebut dianggap oleh beberapa pihak, karena AS dikenal sangat dekat dengan Arab Saudi.
Selain merupakan salah satu penguasa cadangan minyak terbesar di dunia, Arab Saudi juga diketahui merupakan pembeli senjata buatan AS terbesar.
Arab Saudi sendiri merupakan importir senjata terbesar di dunia, merujuk pada data tahun 2015.
Impor senjata Arab Saudi tahun lalu melonjak 54 persen menjadi 6,5 miliar dollar AS, diikuti India dengan 5,8 miliar dollar AS, menurut dokumen yang dirilis pada Minggu (8/3/2015) oleh lembaga kajian perdagangan senjata dunia, IHS.
Menurut lembaga tersebut, impor Arab Saudi diperkirakan akan naik lagi menjadi 9,8 miliar dollar AS tahun ini, berdasarkan jadwal pengiriman senjata.
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR