Baca Juga : Diperjualbelikan di Pasar Seperti Ternak, Beginilah Kisah Para Perempuan yang Dijadikan Budak Seks ISIS
Teror tersebut belum berhenti. Dia ‘dilempar’ dari satu pria ke pria lainnya.
Sampai suatu hari, Murad berhasil melarikan diri dari para anggota ISIS. Saat itu, dia berhasil menyelundupkan dirinya keluar dari Irak.
Pada awal 2015, dia pergi ke Jerman sebagai pengungsi.
Dari sanalah awal mula Murad menjadi relawan anti kekerasan seksual. Bahkan hingga saat ini, Murad sedang berjuang untuk menyelamatkan 3.000 perempuan lainnya yang diduga masih ditahan.
Menurut pihak Nobel Perdamaian, Murad dinilai telah menunjukkan keberanian yang tidak biasa dalam menceritakan penderitaannya sendiri dan berbicara atas nama korban lain.
"Nadia Murad adalah salah satu dari sekitar 3.000 gadis dan wanita Yazidi yang menjadi korban pemerkosaan dan pelanggaran lainnya oleh tentara ISIS," ucap pihak Nobel Perdamaian.
Diketahui, para anggota ISIS mengorganisasi pasar budak untuk menjual perempuan dan anak perempuan secara paksa dipaksa.
Dengan pemberian Nobel Perdamaian ini, Murad menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian termuda kedua.
Sebelumnya, Malala Yoisafzai pernah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2014 pada usia 17 tahun.
Saat itu, dia berhasil selamat setelah ia ditembak di kepala dengan jarak dekat oleh Taliban karena berkampanye untuk pendidikan anak perempuan di Pakistan, tempat di mana ia dibesarkan.
Baca Juga : Kisah Nadia Murad sebagai Budak Seks ISIS dan Bagaimana Ia Berhasil Melarikan Diri
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR