Setelah makan selesai, kami berjalan-jalan di salonnya yang hebat.
Di depan salah sebuah pintu besar ada dua bidadari emas yang menyangga vas besar dengan kepalanya. Dalam vas itu ada buket indah. Namun ketika saya dekati ternyata bunga plastik.
"Anda percaya cerita-cerita Anda sendiri?" saya bertanya. "Apakah hidup ini memang seindah dan seromantis seperti dalam dunia mimpi Anda?"
Baca Juga : Setelah Membunuh John Lennon, David Chapman Langsung Membaca Novel Terlarang di Amerika
"Hidup memang begitu," Barbara menjawab tanpa ragu-ragu. "Saya tahu dari pengalaman sendiri. Soalnya hidup saya indah dan keadaannya masih tetap demikian."
Ayahnya tewas dalam Perang Dunia I. Barbara waktu itu masih duduk di sekolah menengah. Sejak saat itu ibunya harus hidup hemat dan Barbara tidak bisa minta gaun yang mahal-mahal.
"Namun karena saya cantik dan tidak mudah menyerah kalah, saya bisa menghadapi semua kesulitan. Selama belum menikah hidup saya menyenangkan. Saya berkenalan dengan orang-orang yang menarik dari jaman itu dan tak lama kemudian saya termasuk dalam golongan "bright young people", anak muda di London yang menonjol.
Saya dipinang 49 kali dan dua kali bertunangan, tetapi kedua-duanya gagal. Saya akhirnya menikah tahun 1936."
Baca Juga : Gara-gara Donald Trump, Novel 1984 Karya George Orwell Mendadak Jadi Best-Seller
Selama perang dunia II Barbara kehilangan kedua saudara laki-lakinya. Ini merupakan pukulan berat baginya. "Saya telah mengalami kesenangan dan kesedihan, sukses dan kekecewaan."
Saya telah melihat segi gelap dari hidup ini, tetapi saya tidak mau hidup lain. Setiap saat telah saya jalani dengan penuh perasaan.
Tidak ada wanita yang betul-betul jelek.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR