Kolonial stad dan kota perjuangan
Baca Juga : Inilah Cara Termurah untuk Menempuh Rute Jakarta-Bandung, Tarifnya Tak Sampai Rp20.000!
Upaya untuk menggenjot kolonial stad Bandung sebagai unggulan ibu kota pemerintahan terasa begitu menggebu. Antara lain dengan dibentuknya organisasi prorriosi pencalonan Bandung sebagai ibu kota Comite van Actie te Bandung dan badan pariwisata Tatar Priangan Bandung Vooruit.
Tak tanggung-tanggung, bersamaan dengan itu, Burgemeester (Walikota) Bandung Ir. J.E.A. von Wolzogen Kuhr membangun pula gedung-gedung penunjang infrastruktur colon ibu kota.
Puluhan bangunan instansi pemerintah dan swasta, bank, hotel, bioskop, toko, pabrik, serta ratusan rumah dan vila didirikan sepanjang tahun 1915 - 1835.
Di antaranya bergaya Art Nouveau dan Art Deco yang sedang digandrungi saat itu. Lusinan monumen pun didirikan di beberapa bagian kota.
Baca Juga : Berakhir Pekan ke Bandung? Jangan Lupa Cicipi Es Durian yang Legitnya Bikin Enggak Tahan
Pada tanggal 27 Juli 1920 dibangun sebuah gedung yang rencananya akan dijadikan pusat perkantoran instansi pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sayang, gedung megah - yang kemudian menjadi Gedung Sate - itu terbengkalai pembangunannya akibat resesi berat yang melanda dunia.
Dalam perjalanan sejarah, Bandung jelas tak cuma lekat dengan predikat kolonial stad. Secara historis Bandung juga menyandang citra sebagai kota perjuangdn.
Sebutlah satu gedung yang merekam banyak sejarah pergerakan pemuda dan wanita kota ini, Gedung Societeit Mardi Harja. Di sinilah dulu Laskar Wanita (Laswi) pimpinan Ny. S.Y. Arudji Kartawinata dibentuk dan bermarkas.
Di gedung ini pula beberapa puluh tahun sebelumnya, tepatnya pada pertengahan tahun 1920.-an, para perintis kemerdekaan kerap mengadakan vergadering (rapat). Terutama para tokoh Budi Utomo, seperti Abdul Muis, Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Drs. Sosrokartono (kakak RA Kartini).
Baca Juga : Cari Oleh-oleh dari Bandung? Jangan Lupa Menenteng Brownies Kukus Anak Menantu Damai
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR