Advertorial

Manuver Kobra, Jurus 'Sakti' Sukhoi SU-35 yang Bisa Bikin Lawan Mati Kutu saat Duel Udara

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com -China dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat karena membeli beberapa peralatan tempur dari Russia.

Salah satu peralatan tempur yang menjadi sorotan adalah jet tempur Sukhoi SU-35.

Pesawat ini memang menjadi salah satu pesawat tempur tangguh di dunia.

Tidak hanya China, Indonesia pun ingin membeli pesawat ini.

Baca Juga : Masih Ingat Insiden 'Burung' Putus Saat Sunat? Seksolog: Kelak Masih Bisa Berfungsi, Namun Tergantung Hal Ini

Salah satu keandalan dari pesawat ini adalah kelincahannya dalam bermanuver.

Manuver kobra, misalnya, bisa dilakukannya dengan mudah.

Simak saja bagaimana SU-35 bergerak lincah melakukan 'jurus kobra' dalam artikel berjudul "Jurus Kobra Sukhoi SU-35" di majalahHAIedisi 5/XVH yang terbit pada 1 Februari 1994 berikut ini.

---

Baca Juga : Puasa Asyura Jatuh pada Kamis: Ini 5 Manfaat Luar Biasa Puasa Bagi Tubuh

Musuh yang berada di atas dipatahkan dengan jurus kobra. Seteru yang melayang di samping dilumpuhkan lewat manuver kait. Dan keduanya dapat dilakukan pada ketinggian yang minim.

Pameran kedirgantaraan Dubai sudah agak lama berialu. Tapi para pengunjung dan pengamat masih ingat betul dengan aksi yang digelaroleh Victor Pugachev, Ketua Pilot Uji dari Biro Desain Sukhoi (Sukhoi Design Bureau) di pameran kedirgantaraan itu.

Dengan SU-35-nya, ia memaksa penonton Dubai '93 International Aerospace and Defense Exhibition berdecak kagum.

Setiap hari sepanjang pameran, Pugachev 'berlaga' dengan Su-30 dua kursi. Namun bukan frekuensi atau 'duel' itu yang menyebabkan publik sukar melupakan atraksi yang disuguhkan pabrik pesawat tempur dari Rusia itu.

Baca Juga : Kisah Huang Hua, Mantan Ratu Bulu Tangkis China yang Kini 'Main' Ketoprak di Klaten

Kendati itulah penampilan pertama Su-35 di luar Rusia. Su-35 merupakan hasil modifikasi habis-habisan dari Su-27. Penyempurnaan terutama dilakukan pada sayap dan sirip yang digerakkan oleh motor.

Selain itu perbaikan juga terjadi pada mesin, radar dan sistem kontrol penembakan dan peningkatan persenjataan yang diusung. Su-30 juga dikembangkan dari Su-27. Cuma pesawat ini belum dilengkapi dengan sirip.

LEBIH GESIT

Penyempurnaan pada sayap, yakni dengan melebarkan sisi depan sayap (Leading Edge Extension) dan penambahan sirip. yang dapat digerakkan, sangat meningkatkan kegesitan Su-35.

Ide penyempurnaan itu diambil dari berbagai sumber, termasuk dari Northrop Corp. yang sedang mengembangkan £20.

"Tujuan utama kami adalah meningkatkan kegesitan pesawat, terutama pada duel udara yangsempit, dan kami berhasil mencapai tujuan itu," kata Mikhail P. Simonov, Ketua Perancang Sukhoi.

Ide itu pertama kali diterapkan pada Su-27. Namun hasilnya belum memuaskan. Pada Su-35 Sukhoi Design Bureau menggunakan bagian belakang sayap yang lebih lebar.

"Pada awalnya kami melakukan analisa bagaimana kalau sisi depan sayap Su-27 dilebarkan lagi. Setelah itu kami mengujinya di terowongan udara dan akhirnya kami membuat pesawat prototip," kata Simonov.

Itulah cikal bakai Su-35. Setelah itu Simonov cs. menyempumakan arus aerodinamik yang mengalir di atas pesawat saat melakukan manuver.

"Kami juga berusaha mengurangi beban aerodinamik yang ada di sepanjang akar sayap dan tubuh pesawat. Dengan perbaikan itu Su-35 mampu menanggung beban yang lebih tinggi dibanding Su-27. Dengan kata lain Su-35 dapat melakukan manuver sampai lOg, tanpa kami harus melakukan pengubahan struktur atau penambahan bobot pesawat," ungkap Simonov.

Langkah berikutnya adalah kian meningkatkan kegesitan pesawat dengan memasang sirip lebar di bagian depan, hingga bagian belakangnya menyatu dengan sisi depan sayap.

Pelebaran sayap dan penambahan sirip menimbulkan arus angkat yang kuat namun terkendali. Atau dengan kata lain, manuver menanjak menjadi lebih mudah dilakukan.

Sistem LEX dan sirip depan ini menyebabkan Su-35 mampu bertahan pada posisi menembak (angles of attack)' dan bisa melakukan apa yang disebut 'manuver kobra' pada ketinggian terbang manapun.

Jurus kobra dipakai karena manuver ini memang miripdengan sikap ular ganas itu pada saat merasa terancam. Pada saat terbang datar, Su-35 mampu dengan cepat mengangkat 'kepalanya' hingga membentuk 110 derajat dari garis terbangnya semula.

Dengan posisi ini, pilot Su-35 berada pada sudut serang yang menguntungkan dibanding pesawat yang berada di atasnya. Namun jurus pemungkas Su-35 bukan cuma itu.

Pesawat yang belum dtproduksi massal ini masih memiliki manuver ampuh lain, yang disebut jurus kait. Sebenarnya jurus ini mirip dengan jurus kobra. Hanya saja berlangsung secara horisontal.

Dalam demonstrasi di Dubai, Su-35 mendapat ancaman dari belakang. Su-30 yang membuntutinya sudah menempati posisi menembak.

Ketika rudal ditembakkan, pilot Su-35 melakukan jurus kobra, hingga rudal lewat di bawahnya. Setelah itu, pilot Su-35 menurunkan hidung pesawatnya dan membelok ke kiri. Sedang pilot Su-30 membanting ke kanan.

Masing-masing mencari posisi menembak yang enak. Bila teknologi LEX dan sirip tak dilibatkan, manuver semacam ini bakai berujung kedua pesawat saling berhadap-hadapan.

Tapi pada saat pembelokan itulah, Su-35 mengeluarkan jurus kaitnya. Hingga hidung pesawat sudah menghadap ke Su-30, sebelum pesawat ini menyelesaikan pembelokannya.

Dengan posisi itu, Pugachev, pilot Su-35 tinggal memencet tombol rudalnya.

SASARAN EMPUK

Jurus kait dilakukan pada kecepatan sekitar 460 km/jam, dan melorot cepat sampai 250 km/jam. Pada sudut belok 90 derajat, Su-35 tak menunjukkan gejala kehilangan daya angkat {stall) atau berputar-putar ke bawah.

Menurut Simonov, para pilot penguji Sukhoi pada awalnya melakukan manuver itu pada ketinggian 11 ribu meter. Itu dilakukan untuk berjagajaga.

Agar kalau terjadi stall atau spin, pilot masih punya waktu untuk mengangkat pesawat kembali.

"Tapi karena Su-35 tak menunjukkan kedua gejala itu, pilot-pilot saya sekarang biasa melakukan manuver kobra atau kait pada ketinggian 5.000 meter," kata Simonov.

Namun pengamat Barat melihat Su-35 memiliki satu kelemahan. Yakni kecepatan yang melorot cepat saat melakukan manuver kobra ataupun kait.

Karena kecepatan yang rendah itu, Su-35 bisa menjadi sasaran empuk, kendati pesawat ini bisa mengarahkan hidung pesawat ke arah lawan lebih cepat dibanding seterunya.

Menanggapi kekuatiran pengamat Barat, Simonov mengatakan pengurangan kecepatan yang begitu cepat justru akan membingungkan radar pelacak Doppler pesawat lawan.

Perubahan kecepatan yang mencolok juga bisa jadi menyebabkan rudal lawan gagal mengenai Su-35. Sebaliknya manuver kait membuat pilot Su-35 memiliki posisi yang lebih baik dibanding pesawat lawan.

Siapa yang benar dalam hal ini belum dapat pasti. Yang jelas sampai sekarang, pihak Barat (baca AS) belum memiliki pesawat tempur yang mampu melakukan manuver kobra atau kait. Apalagi 1 pada ketinggian yang minim.

Namun dua pesawat eksperimental sedang diuji coba di Pangkalan Militer Edward untuk mengeksplorasi manuver serupa.

Pesawat pertama adalah X-31, yang dikembangkan oleh Advanced Research Projects Agency, yang merupakan tim gabungan yang berisi AL AS, All AS, NASA, Rockwell International, Deutche Aerospace dan Departemen Pertahanan Jerman.

Pesawat X-31 telah mampu melakukan manuver 74 derajat. Masih jauh di bawah jurus kobra Su-35 yang membentuk sudut 110 derajat.

Pesawat kedua adalah F-16 Vista (variable stability in-flight simulator aircraft), yang masuk dalam program MATV {multiaxis thrust vectoring) yang dikembangkan oleh AU AS dan NASA.

Pesawat ini menunjukkan kemampuan yang lebih baik dibanding pesawat pertama. F-16 Vista dapat melakukan manuver kobra dengan sudut 83 derajat. Satu proyek lagi bakal dijalankan tahun depan.

Proyek yang disebut ACTIVE (Advanced Control Technology for Integrated Vehicles) ini memakai sistem yang dikembangkan oleh Pratt & Whitney.

Sedang pesawat yang akan digunakan adalah F-15B yang sudah dimodifikasi. (win)

Baca Juga : Modus Unik Rohim Bawa Sabu-Sabu 8 Kg Senilai Rp16 Miliar Asal China, tapi Polisi Lebih Cerdik

Artikel Terkait