Oma! Oma!
Tahun 1967 keadaan ekonomi Belanda menanjak pesat dan negeri kecil itu menjadi makmur. Hubungan dengan Indonesia setelah perebutan Irian Barat pun membaik.
Lalu Agustus 1971 Ratu Juliana berkunjung ke Indonesia dan mendapat sambutan hangat.
Anak-anak melambai-lambaikan tangan di jalan ketika mobil yang ditumpanginya lewat seraya berseru, ”Oma! Oma!” Orang-orang segenerasinya dan segenerasi lebih muda, melupakan Belanda sebagai penjajah dan cuma mengenang peristiwa yang mengesankan.
Di antara peristiwa itu adalah pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard 7 Januari 1937. Hari itu kantor-kantor dan toko-toko di Batavia dibubarkan beberapa jam lebih awal supaya para karyawan bisa menonton dan ikut arak-arakan kendaraan.
Yang ikut bukan cuma mobil mewah, tetapi juga opelet dan truk penuh penumpang yang bersorak-sorai. Selain itu ada parade kendaraan berhias.
Gedung-gedung dihiasi lampu, gapura-gapura didirikan dan pesta diadakan di mana-mana, termasuk di Kebun Binatang yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta.
Di halaman depan Stasiun Jakarta Kota, diadakan upacara menanam Pohon Juliana dan Pohon Bernhard. Pohon itu nama latinnya Filicium, tapi rakyat menyebutnya “Anak Raja Pake Payung”. Perayaan juga dilakukan di pelbagai kota.
Kelahiran Putri Mahkota Beatrix tidak luput dari keriaan. Putri diperkirakan lahir bulan Januari 1938. Jadi sejak awal Januari di mana-mana didirikan gapura-gapura bambu dihiasi kertas untuk menyambutnya.
Ternyata sampai kertas rontok dan gapura reyot, calon pewaris takhta itu belum juga muncul. Baru pada hari terakhir bulan Januari Beatrix lahir.
Sudah benar-benar asing
Sudah lebih dari 60 tahun Indonesia bukan jajahan Belanda lagi. Keluarga kerajaan Belanda sudah benar-benar menjadi “orang asing”.
Peristiwa Beatrix naik tahta 30 April 1980, Juliana meninggal 20 Maret 2004, disusul suaminya delapan bulan kemudian, dan percobaan pembunuhan atas Ratu Beatrix dan keluarganya (2009) saat bus yang mereka tumpangi ditabrak dengan sengaja, cuma menjadi berita kecil.
Begitu juga penobatan Willem-Alexander menjadi raja menggantikan ibunya 30 April 2013, hanya menjadi berita biasa. Padahal raja kelahiran 27 April 1967 ini adalah raja Belanda pertama sejak Raja Willem II wafat tahun 1890.
Kalau monarki masih bertahan, tampaknya setelah Willem-Alexander, Belanda akan kembali diperintah oleh seorang ratu karena ketiga anak Raja Belanda ini perempuan.
(Ditulis oleh Helen Ishwara, seperti dimuat dalam Intisari edisi September 2013)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR