Menyusul kegagalan tersebut, pada 1930-an teori ini akhirnya perlahan hilang gemanya lantaran ternyata data yang diambil kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tidak memenuhi syarat statistik.
Baru pada 1970-an, ahli hukum sekaligus pengarang Masahiko Nomi menerbitkan buku best seller berjudul Understanding Affinity by Blood Type yang disebut sebagai pengembangan teori Takeji Furukawa.
Terbitnya buku ini membangkitkan kembali keyakinan masyarakat bahwa golongan darah dapat menentukan sifat dan hubungan sosial seseorang.
Kendati banyak yang meragukan metode dan kebenaran risetnya, buku Nomi populer dalam waktu lama. Kelanjutan studinya bahkan diwariskan kepada putranya, Toshitaka.
Bertahun-tahun kemudian karena tak pernah terbukti secara ilmiah keabsahannya, maka para pakar mengkategorikan teori golongan darah ini sebagai ramalan belaka.
Nasibnya seperti teori perbintangan. Dan medialah yang paling berjasa memantapkan kedudukan ramalan golongan darah di tengah masyarakat Jepang.
Majalah wanita tak pernah ketinggalan memuat ramalan nasib dan nasehat peruntungan berdasarkan golongan darah. Juga berbagai acara TV Jepang, banyak yang ditutup dengan ramalan nasib si A, si B, si AB dan si O hari ini.
Tahun 2008, dalam daftar 10 best seller keluaran Tohan tercatat empat buku mengenai golongan darah. Tokoh anime (film animasi Jepang) maupun game seringkali mengadopsi karakter sesuai golongan darahnya.
Beberapa negara yang terimbas kuat akan kebudayaan Jepang, kemudian ikut-ikutan percaya pada ramalan golongan darah.
Misalnya di Korea Selatan, pernah diluncurkan film berjudul My Boyfriend is Type B.
(BACA JUGA: Kasus Firza Husein: Cukup Hubungi Ini Jika Ingin Bobol Percakapan WhatsApp)
ALATNYA MAK COMBLANG
Di kalangan warga asing, ramalan golongan darah ini menjadi poin tambah keunikan Jepang, yang lantas tersebar sebagai cerita, anekdot, pengisi status media sosial, blog atau bahan tulisan.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR