Lucu Lucuan Golongan Darah Ala Jepang

Yoyok Prima Maulana

Editor

Orang Jepang senang membaca karakter lewat golongan darah.
Orang Jepang senang membaca karakter lewat golongan darah.

Intisari-online.com - “Irene wa nani gata ?” Irene golongan darahnya apa ?

Gata adalah kependekan dari ketsueki-gata (golongan darah).

Pertama kali mendengar pertanyaan tersebut dari kawan baru di kampus kami di Shizuoka, saya sampai minta dia mengulang.

Aneh betul, baru kenalan, kok tanya-tanya golongan darah. Dokter bukan, petugas donor darah bukan, nyamuk juga bukan. Itulah perkenalan pertama saya dengan topik “Nani-gata” ini, dan tak perlu waktu lama lantas menjadi terbiasa.

Ya, di Jepang pertanyaan tentang golongan darah kerap terlontar dalam konteks percakapan santai, bahkan kepada orang yang baru dikenal sekali pun. Terutama di kalangan Kaum Hawa.

Bukan termasuk topik sensitif, jadi tak perlu khawatir telah mengorek informasi pribadi seseorang dengan pertanyaan tersebut.

Justru pembicaraan terkait umur dan status pernikahan lah yang lebih tabu dimunculkan.

Sebegitu ingin tahunya orang Jepang akan golongan darah seseorang, informasi golongan darah juga hampir pasti dapat ditemukan pada biodata selebriti dan figur masyarakat.

Dengan mudah kita dapat menemukan daftar artis Jepang tipe A, B, AB atau O. Dan seorang penggemar bisa mendadak sok dekat dengan artis pujaan begitu tahu mereka memiliki golongan darah sama.

CUMA BUAT SERU-SERUAN

Sejak puluhan tahun silam, di Jepang, golongan darah diperlakukan layaknya astrologi, yaitu dipercaya dapat menentukan banyak hal.

Dari golongan darahnya, orang Jepang merasa dapat menebak karakter, cara berpikir, hubungan sosial, juga peruntungannya.

Sayangnya, hingga saat ini tak ada kajian ilmiah yang terbukti mendasari hubungan antara golongan darah dengan karakter manusia.

Jadi teori ini sebetulnya tidak lebih dari “seru-seruan” semata. Banyak analis mencurigai pengaruh media lah yang menjadikannya mengakar demikian dalam.

Faktor lain, bisa jadi kekuatan nilai yang diwariskan secara turun-temurun oleh orang tua kepada anaknya.

Andai saja sedari anaknya berusia belia, orang tua terus-menerus mengatakan “Kamu kan A, jadi pasti telaten bisa mengurus hal-hal kecil !” atau “Memang keras kepala, ya bagaimana lagi karena kamu tipe A”.

Maka tidak tertutup kemungkinan si Anak mengamini “doa” orang tuanya, tumbuh menjadi pribadi yang telaten dan keras kepala, sesuai watak khas golongan darah A.

(BACA JUGA:Di Penismu Terbaca Usia Harapan Hidupmu)

EKSPERIMEN GAGAL

Bapak dari sistem pembagian golongan darah ABO itu sendiri adalah Karl Landsteiner, yang menemukan tiga perbedaan jenis golongan darah pada 1900.

Kemudian di Jepang pada 1927, tersebutlah Takeji Furukawa – seorang profesor bidang psikologi, pertama kali memperkenalkan kaitan golongan darah dengan karakter seseorang, melalui teori bertajuk The Study of Temperament Through Blood Type.

Tak hanya masyarakat yang antusias menerima teori baru ini, dukungan dari kaum akademisi dan kedokteran pun didapatkan.

Mengadopsi teori tersebut, kaum militer Jepang bahkan mempelajari kemungkinan “mengembangbiakkan” prajurit unggulan berdasar golongan darah.

Studi pemerintah Jepang tersebut tentu saja tidak memberikan hasil memuaskan.

Menyusul kegagalan tersebut, pada 1930-an teori ini akhirnya perlahan hilang gemanya lantaran ternyata data yang diambil kurang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tidak memenuhi syarat statistik.

Baru pada 1970-an, ahli hukum sekaligus pengarang Masahiko Nomi menerbitkan buku best seller berjudul Understanding Affinity by Blood Type yang disebut sebagai pengembangan teori Takeji Furukawa.

Terbitnya buku ini membangkitkan kembali keyakinan masyarakat bahwa golongan darah dapat menentukan sifat dan hubungan sosial seseorang.

Kendati banyak yang meragukan metode dan kebenaran risetnya, buku Nomi populer dalam waktu lama. Kelanjutan studinya bahkan diwariskan kepada putranya, Toshitaka. Bertahun-tahun kemudian karena tak pernah terbukti secara ilmiah keabsahannya, maka para pakar mengkategorikan teori golongan darah ini sebagai ramalan belaka.

Nasibnya seperti teori perbintangan. Dan medialah yang paling berjasa memantapkan kedudukan ramalan golongan darah di tengah masyarakat Jepang.

Majalah wanita tak pernah ketinggalan memuat ramalan nasib dan nasehat peruntungan berdasarkan golongan darah. Juga berbagai acara TV Jepang, banyak yang ditutup dengan ramalan nasib si A, si B, si AB dan si O hari ini.

Tahun 2008, dalam daftar 10 best seller keluaran Tohan tercatat empat buku mengenai golongan darah. Tokoh anime (film animasi Jepang) maupun game seringkali mengadopsi karakter sesuai golongan darahnya.

Beberapa negara yang terimbas kuat akan kebudayaan Jepang, kemudian ikut-ikutan percaya pada ramalan golongan darah.

Misalnya di Korea Selatan, pernah diluncurkan film berjudul My Boyfriend is Type B.

(BACA JUGA:Kasus Firza Husein: Cukup Hubungi Ini Jika Ingin Bobol Percakapan WhatsApp)

ALATNYA MAK COMBLANG

Di kalangan warga asing, ramalan golongan darah ini menjadi poin tambah keunikan Jepang, yang lantas tersebar sebagai cerita, anekdot, pengisi status media sosial, blog atau bahan tulisan.

Sedangkan bagi masyarakat Jepang sendiri, pengaruhnya lebih dari sekadar bahan obrolan atau seru-seruan di majalah. Salah satu contohnya, di biro jodoh.

Seperti kita ketahui, pemerintah Jepang tengah giat-giatnya merayu rakyat untuk berpasangan, menikah, kemudian berketurunan.

Agen biro jodoh akhirnya menjamur. Nah, golongan darah menjadi salah satu parameter dari para Mak Comblang ini.

Yah, walau tak selalu tepat, setidaknya percakapan tentang golongan darah lumayan mencairkan ketegangan pria-wanita yang tengah dijodohkan.

Dalam wawancara kerja, tentu saja informasi golongan darah tidak ditanyakan secara resmi.

Dalam formulir riwayat hidup (rirekisyo ) tak ada kolom isiannya. Hanya saja pertanyaan tentang golongan darah kemungkinan muncul saat wawancara, tergantung pewawancaranya.

Seorang teman pernah tidak lolos, setelah pewawancara kerja – seorang pria paruh baya – menyatakan bahwa golongan darah mereka berdua kurang cocok.

Saat melamar kerja paruh waktu di sebuah restoran, saya pernah ditanya soal golongan darah.

Pembicaraan menjadi seru dan saya diterima bekerja. Apakah penyababnya golongan darah? Entahlah.

Secara umum, pria kurang menganggap serius urusan ramalan golongan darah ini. Tak lebih dari bahan obrolan ringan atau ejekan bercanda antarkawan.

Biasanya hanya wanita, terutama usia muda yang seringkali menebak-nebak golongan darah kawan atau lawan jenisnya.

Menyikapi isi ramalan di majalah atau televisi pun demikian. Seperti halnya perbintangan, pada umumnya orang senang mendengar sisi positif.

Bisa sejenak murung namun segera melupakan bila ada sisi negatif.

Memang begitulah watak atau spirit orang Jepang yang dibesarkan dalam semangat “terus berjuang” (gambatte kudasai) dan kata itu pula yang didengungkan saat menghadapi kegagalan atau musibah.

Dalam segala ramalan, untuk bintang dan golongan darah yang kurang beruntung, seringkali dicantumkan teknik atau strategi menaikkan peruntungan.

Misalnya keluar rumah dengan baju berwarna cerah. Terlepas dari benar tidaknya isi ramalan, warna cerah memang membuat kita merasa lebih positif bukan?

(BACA JUGA:Waspadalah Para Penyuka Jengkol)

AB DAN B DIBULLY

Saya pribadi belum pernah melihat langsung pengaruh ramalan golongan darah ini pada anak-anak.

Namun saya pernah mendengar istilah bura-hara, kependekan dari bahasa serapan yang mengacu pada blood-type harassment alias pelecehan golongan darah.

Meski kebanyakan orang Jepang sendiri kurang familiar dengan bura-hara namun istilah ini ada.

Seringkali yang dijadikan objek pelecehan adalah golongan darah AB dan B, yang memang relatif lebih sedikit jumlahnya dibandingkan A atau O.

Sangat manusiawi, yang banyak memandang rendah yang sedikit, mengucilkannya, membesar-besarkan kelemahannya.

Bullying memang menjadi masalah yang sangat jamak di sekolah-sekolah Jepang. Sepertinya apa pun bisa dijadikan alasan anak-anak yang kuat untuk menekan mereka yang lemah.

Entah itu golongan darah, kemampuan akademis, kemampuan fisik, penampilan, status kewarganegaraan, dan banyak lagi. Tidak sedikit korbannya yang memutuskan mengambil jalan pintas : bunuh diri.

Jadi, bagus kah mempercayai ramalan golongan darah ini ?

Semua kembali pada manusianya. Selalu menyenangkan mengetahui sesuatu tentang diri kita sendiri ‘kan?

Nah, anggap saja teori keterkaitan golongan darah dengan karakter manusia ini adalah salah satu cara yang seru dan menyenangkan untuk mengenal diri kita sendiri.

Percaya atau tidak, terserah Anda. (Irene Dyah, penulis buku di Jakarta yang pernah menetap di Jepang)

Artikel Terkait