Advertorial
Intisari-Online.com - Sekitar 90 keluarga dari Korea Utara dan Korea Selatan menangis sambil memeluk keluarga mereka yang terpisah karena perang Korea selama lebih dari enam dekade yang lalu.
Sekitar 330 warga Korea Selatan yang banyak menggunakan kursi roda memeluk 185 kerabat mereka dari Korea Utara dengan penuh air mata, sukacita dan rasa tidakpercaya pada Senin (20/08/2018).
Beberapa orang berjuang untuk mengenali keluarga mereka yang terpisah lebih dari 60 tahun.
Reuni singkat itu hanya hanya akan terjadi selama 11 jam dari tiga hari ke depan di resor wisata di Gunung Kumgang, Korea Utara.
Baca Juga:Ternyata Ini Penyebab Rentetan Gempa di Lombok pada Minggu Malam Kemarin
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menyetujui acara reuni tersebut padabulan April 2018 lalu.
Baca Juga:Resmi! Fatwa MUI untuk Vaksin MR: Mengandung Babi Tapi Boleh Digunakan, Ini Alasannya
Para keluargayang terpisah adalah korban kekacauan politik selama puluhan tahun sejak perang 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukannya perjanjian damai.
Hubungan kedua negara semakin tegang ketika Pyongyang dengan cepat meningkatkan program persenjataannya.
Baca Juga:Selalu Gunakan Pesawat Tua, Jepang Tawarkan Teknologi Pesawat Baru Kepada Jerman dan Prancis
Lebih dari 57.000 korban Korea Selatan mendaftar untuk reuni keluarga, yang biasanya berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.
Moon mengatakan bahwa reuni-reuni yang sama harus diadakan secara teratur agar orang-orang mengetahui apakah keluarga yang hilang masih hidup.
Kementerian Unifikasi Seoul mengatakan bahwa 88 lebih kelompok keluarga akan bertemu, yang terdiri dari 469 orang dari Selatan dan 128 dari Utara.
Banyak yang membawa hadiah pakaian, obat-obatan dan makanan untuk kerabat Korea Utara mereka karena segala sesuatu yang dianggap berlebihan oleh Pyongyang tidak mungkin diterima.
Baca Juga:Meski Berbahaya dan Mengancam Nyawa, Ternyata Sebegini Gaji per Bulan si Pemerah Bisa Ular