Begitu pun jika pelanggan ternyata lebih suka bicara pada yang seorang, maka yang lain merasa tak dianggap. Padahal sama-sama owner, pemilik. Jadi, ada semacam kecemburuan tahta di antara keduanya.
Seharusnya, kalau sudah berniat kerja sama, walau salah satu lebih menonjol atau lebih kompeten, yang satunya ikut senang karena bisa belajar lebih banyak.
Selain tahta, harta, wanita, hal lain yang dapat mengganggu keharmonisan usaha bersama ialah perjalanan waktu (time frame). Rutinitas melahirkan kebosanan, terutama jika kerja sama itu begitu-begitu saja, tak ada hal baru, tak ada inovasi.
Bisa jadi juga ada opportunity lain di luar usaha bersama itu, sehingga mitranya merasa ditinggalkan. Lo, pembagian keuntungan sama, tapi kok aku ditinggal kerja sendirian?
Berkelit dari penipuan
Mencermati agar tak tertipu, langkah pertama, jalinlah hubungan aliansi yang profesional, yakni menyepakati nilai dan visi yang sama. Selain menegakkan kelima nilai di atas, bisnis profesional harus dibangun oleh sebuah sistem. Untuk membangun sistem, mulailah dari yang kecil.
"Kegagalan saya dulu, pada awal berusaha tidak mau membangun sistem, karena terlanjur ada kepercayaan."
Pembangunan sistem dimulai dari pemahaman situasi kini, lalu sasaran ke depan apa yang mau dicapai, bagaimana mencapainya, apa strategi untuk mencapainya, program apa saja yang akan dijalankan, dan anggarannya bagaimana.
Langkah kedua, bangun organisasi, yakni siapa memimpin siapa, siapa memimpin apa, batas-batas kewenangannya apa, tetapkan hak dan kewajibannya.
Termasuk, mulai dari investasi hingga pembagian keuntungan. Langkah ketiga, harus ada law-enforcement, ada penegakan hukum atas pelaksanaan kesepakatan. Jika satu kesepakatan dilanggar lalu didiamkan, maka akan jadi jurisprudensi, menggampangkan.
Jadi, harus ada ketegasan dalam menjalankan sistem tadi.
Langkah keempat, secara berkala harus ada evaluasi, entah itu mingguan, bulanan atau dwibulanan, apa yang sudah bagus diteruskan, apa yang masih belum bagus diperbaiki, atau yang jelek dihentikan saja segera, jangan ditunda-tunda.
Kalau ada hal baru, bagaimana ke depannya. Misal, ada kesempatan baru dan butuh investasi baru, lalu pihak partner tak ada dana, nah bagaimana mengaturnya. Apakah rasio kepemilikan berubah atau bagaimana.
Jika partner melihat peluang baru, lalu menggunakan dana bujet untuk kegiatan rutin, bagaimana sikap kita? Langsung ditegur, disetop, atau menghapus beberapa program rutin yang berarti strategi dihilangkan, lalu diganti strategi baru.
Yang penting, ada kesepakatan bersama. Makanya, perlu rapat evaluasi.
Arief juga tak boleh gegabah. Banyak sisi baik dari usaha bersama, tapi pengelolaan buruk akan membawanya ke sisi sebaliknya. Apalagi rentang waktu perpisahan membuat teman lamanya itu seperti teman baru baginya.
Sisi baik dan buruk
Berikut tips untuk memulai usaha bersama, versi Bambang Bhakti:
(Ditulis oleh Dharnoto, dan pernah dimuat di Buku Family Financial Planning, 2005))
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR