School for Justise, Sekolah India yang Khusus Mengajari Korban Perdagangan Manusia Jadi Pengacara

Moh Habib Asyhad

Editor

School for Justice
School for Justice

Intisari-Online.com -Sebagai seorang gadis muda di Kultali, India, Lata berjalan lebih jauh dibanding gadis-gadis lainnya untuk sekolah. Tapi sayang, ia berhenti di usia 16 tahun—gara-gara dipaksa menikah dengan laki-laki yang tak ia sukai.

Sial, laki-laki yang semestinya melindunginya itu justru menjualnya di rumah bordil dua bulan kemudian. Sejak itu, Lata merasa tak punya masa depan.

(Baca juga:Perempuan-perempuan Korban Human Trafficking: Tina Diselamatkan Oleh Haid)?

Untungnya, Lata berhasil lolos dari perdagangan seks. Lebih dari itu, ia sekarang melawan setelah menjadi pengacara. Ia menjadi pengacara melalui sebuah program khusus baru di India.

School for Justice alias Sekolah untuk Keadilan, didirikan pada 6 April 2017. Sekolah ini mengkhususkan diri untuk mengajari korban perdagangan manusia menjadi pengacara. Tujuan sekolah ini, para perempuan bisa menggunakan posisi tawar mereka untuk menuntut keadilan.

“Menjadi pengacara adalah mimpi saya, dan menghadirkan keadilan bagi mereka yang bertanggung jawab atas perdagangan bebas ini,” ujar Lata. “Saya ingin menghukum dia yang melakukan terhadap saya.”

Untuk diketahu, sekolah ini merupakan hasil kemitraan antara Free A Girl Movement, sebuah gerakan internasional yang berkonsentrasi terhadap perempuan korban perdagangan seks, dan salah satu sekolah hukum top di India.

Selama menempuh studi, para perempuan ini akan tinggal di asrama yang disediakan sekolah. Tak hanya itu, nama mereka juga akan tetap dirahasiakan demi menjaga keamanan dan nyawa mereka.

Ada sekitar 19 perempuan di kelas perdana, semuanya berusia antara 19 hingga 26 tahun. Mereka mengambil kelas untuk menempuh ujian hukum serta menerima bimbingan dan pendampingan untuk memastikan keberhasilan mereka.

(Baca juga:Perempuan-perempuan Korban Human Trafficking: Kerja dari Pagi sampai Dini Hari)

Mereka, para perempuan ini, diharapkan bisa merampungkan sekolah dalam kurun lima hingga enam tahun dengan gelar sarjana hukum. Fokus studi mereka: kasus-kasus eksploitasi dan komersialisasi perempuan.

“Mereka adalah perempuan-perempuan yang punya pengalaman dan trauma serta punya kehidupan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya,” ujar Bas Korsten, salah seorang perdiri proyek. “Mereka bertekad menjadi pengacara, untuk mengadili penjahat yang pernah menjerumuskan mereka.”

Sekadar informasi, India disebut sebagai negara terbesar di dunia dengan kasus pedagangan manusia. Meski sulit memastikan berapa detailnya, PBB memperkirakan ada 3 juta pekerja seks di India.

Dari angka itu, sekitar 40 persennya adalah pekerja seks yang diperoleh dari perdagangan anak-anak—yang mana sebagian besar mereka berasal dari etnis menoritas dan dari kasta lebih rendah.

Menurut Free A Girl, beberapa orang yang ditangkap karena kasus perdagangan manusia cenderung bebas karena kurangnya bukti di pengadilan.

Pada 2015 lalu, ada 55 kasus yang benar-benar mendapatkan penanganan serius dari pengadilan. Semoga, dengan adanya kelas khusus ini, karus perdagangan manusia di India—juga di seluruh dunia—bisa dimusnahkan.

Artikel Terkait