Di luar dugaan lawan-lawannya, ternyata Jepang yang kalah itu sangat jinak. Mereka menyerahkan nasibnya kepada Mac-Arthur, yang dianggap oleh bekas PM Kantaro Suzuki sebagai 'berjiwa bushido', artinya berjiwa luhur seperti seorang samurai. Praktis ketika itu MacArthur diberi kekuasaan absolut di Jepang oleh Presiden Truman (kemudian Truman menyesal memberi kekuasaan besar itu). Itu keuntungan besar bagi orang Jepang.
(Baca juga: Tak Peduli dengan Ancaman AS yang Direstui China, Korut Tetap Uji Coba Tembakkan Rudal Balistik)
MacArthur tahu orang Jepang sangat menghargai martabat. Ia juga tahu orang Jepang itu besar potensinya, walaupun kecil negaranya. Jadi yang ia lakukan ialah menjadi pelindung, bukan penjajah. Ia membantu mereka untuk berdiri sendiri, tanpa mencampuri urusan kultur mereka.
Bagi orang Barat, MacArthur itu otoriter. Ia suka menyensor pers. Namun buat orang Jepang, sifat-sifatnya rupanya cocok: ia menuntut loyalitas, ia berani dan dramatis. Ia juga bekerja tujuh hari seminggu, artinya ia sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. Hal itu membangkitkan semangat orang Jepang yang sedang kehilangan pegangan.
MacArthur juga tahu, melarang tentaranya mengadakan hubungan sosial dengan penduduk setempat merupakan kebijaksanaan yang buruk. Setelah tentara pendudukan tidak curiga lagi pada orang Jepang, mereka rajin menyeberangkan orang-orang tua dan menolong penduduk, sehingga cepat populer di kalangan rakyat. Jumlahnya segera bisa dikurangi. Bulan Desember tinggal 150.000 tentara AS dan 38.000 tentara Inggris di Jepang.
Musim gugur tahun 1945 sekitar 6,5 juta bekas tentara Jepang akan pulang. Mereka harus diberi makan. MacArthur menyuruh bangun dapur-dapur umum dan meminta dikirimkan segera 3,5 juta ton makanan. Ketika Pentagon dan Kementerian Luar Negeri rewel, ia mengetuk kawat: "Beri saya makanan atau beri saya peluru."
Orang-orang Jepang menyebutnya dengan lafal mereka: "Makassar", yang bila diterjemahan artinya "kiri merah'. Berkat si Kiri Merah yang murah hati dan tindakan Stalin yang menahan orang-orang Jepang sebagai budak, penganut Marxisme di Jepang merosot dengan hebat. Akibat kebijaksanaan landreform, bendera merah tidak pernah muncul di desa. Bagi AS mungkin ini jasa paling besar dari MacArthur. Tidak sia-sia ia mendapat satu juta dolar sehari untuk memperkenalkan kata dan konsep baru ke Jepang, yaitu 'demokarashi'. Bahkan Putra Makota Akihito mendapat tutor (guru pribadi) orang AS.
MacArthur menetapkan Habeas Corpus, memperkenalkan higiene modern, gizi seimbang dan KB. Ia menggalakkan imunisasi dan menangani wabah sehingga kolera, TBC, difteri, disentri serta tifus merosot. Ia minta bantuan ahli-ahli AS dan menekankan pentingnya perhatian dipusatkan pada generasi berikutnya. Buku pegangan baru dibuat dan ia melarang diskriminasi atas dasar ras, kepercayaan, politik, dan posisi sosial.
Anak-anak Jepang pun- segera bercita-cita menjadi dokter, negarawan, guru dan sebagainya. Dalam suatu survei, cuma seorang anak ingin menjadi perwira. Itu pun ingin menjadi MacArthur.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR