Advertorial

Kisah Bung Karno Jelang Kemerdekaan RI: Dari Dokter Ngelawak hingga Terpaksa Kencing di Lantai Pesawat

Agustinus Winardi
Moh. Habib Asyhad
Agustinus Winardi
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Akibat hembusan angin, air kencingya beterbangan dan menghujani Bung Karno sendiri serta rekan-rekannya yang sedang duduk di lantai pesawat.
Akibat hembusan angin, air kencingya beterbangan dan menghujani Bung Karno sendiri serta rekan-rekannya yang sedang duduk di lantai pesawat.

Intisari-Online.com -Pada awal-awal Agustus 1945, kondisi pasukan Jepang yang bertempur di front Asia-Pasifik sudah sangat terdesak dan kekalahan perang Jepang sudah diambang mata.

Kondisi pasukan Jepang yang makin lemah itu ternyata diketahui juga oleh para pemuda di Indonesia yang sedang gigih memperjuangkan kemerdekaan di bawah pimpinan Soekarno (Bung Karno).

Para pemuda yang demikian semangat umumnya berusaha mempengaruhi Bung Karno agar melakukan serangan terhadap pasukan Jepang di Indonesia lalu merebut senjatanya.

Tapi Bung Karno cenderung menolak ajakan emosional itu itu karena pasukan Jepang yang sangat terlatih bertempur dan masih bersenjata lengkap pasti akan melakukan perlawanan.

Tapi yang paling membuat Bung Karno pusing adalah desakan dari para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan mengingat Jepang yang sudah akan memberikan kemerdekaan ke Indonesia masih diam saja.

Baca juga:Saat Bung Karno Batal Dibunuh Dengan Cara Keji: Dilempar dari Pesawat

Namun, Bung Karno tetap tak mau gegabah karena soal proklamasi kemerdekaan Indonesia memang harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Jepang.

Bung Karno sendiri hanya mau bertindak untuk meproklamasikan kemerdekaan setelah ada keputusan yang jelas dari Tokyo (Kaisar Hirohito).

Di tengah kebingungan Bung Karno menunggu keputusan dari Kaisar Jepang, pada 8 Agustus 1945, Jenderal Terauchi, Panglima Tertinggi Jepang di kawasan Asia Tenggara yang bermarkas di Vietnam memanggil Bung Karno dan Bung Hatta.

Seperti termaktub dalam Bung Karno Penyambung Lidah RakyatIndonesia, keberangkatan Bung Karno dan rombongan ke Vietnam harus bersifat sangat rahasia.

Tapi Bung Karno sendiri justru merasa bingung atas perginya ke Vietnam yang harus dirahasiakan itu.

Baca juga:Bukan Dikawal Pasukan Khusus, Bung Karno Malah Dikawal Anggota Yakuza Ketika di Jepang

Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, khususnya dalam soal berkomunikasi, Bung Karno bermaksud mengajak dokter pribadinya yang bernama Soeharto untuk ikut serta.

Bung Karno sangat membutuhkan Soeharto karena dokter pribadinya itu bisa berbahasa Jepang.

Sehingga kemampuan Soeharto bisa dimanfaatkan Bung Karno untuk mengetahui apa maunya Jepang.

Karena Jepang melarang membawa Soeharto lalu Bung Karno berpura-pura sedang sakit.

Sementara untuk mengelebahi agar Soeharto tidak dicurigai Jepang, ia harus mengeluarkan kemampuan melawaknya agar Jepang terkecoh.

Baca juga:Lupa Ukuran, Ini Cara Cerdik Bung Karno Membeli Bra Titipan Istri

Taktik Bung Karno ternyata berhasil, mereka kemudian berangkat ke Vietnam untut menemui Jenderal Terauchi.

Hasil pertemuan dengan Terauchi ternyata belum memberikan kejelasan tentang kemerdekaan Indonesia.

Pasalnya menurut Terauchi sesuai keputusan Kaisar Jepang, kemerdekaan Indonesia sekarang justru berada di tangan Bung Karno sendiri.

Rupanya Jepang yang sudah dihajar bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945, sudah tidak memiliki semangat berkuasa lagi.

Tapi terkait serangan bom atom yang berujung pada penyerahan Jepang atas Sekutu pada 15 Agustus 1945 itu, tidak disampaikan oleh Terauchi kepada Bung Karno.

Baca juga:Bukan karena Dibentak, para Pengawal Justru akan Gemetar Jika Bung Karno Sudah Pegang Sapu

Dalam kondisi masih belum mendapat keputusan, Bung Karno dan rombongan yang masih galau itu pada 14 Agustus dipulangkan ke Jakarta.

Ketika diangkut pesawat Jepang untuk pulang pada 14 Agustus 1945, Bung Karno merasa heran karena pesawat yang mengangkutnya merupakan pesawat pembom yang sudah rusak tapi masih bisa terbang normal.

Pesawat yang di badannya sudah banyak lubang akibat tembakan peluru itu diterbangkan oleh dua pilot dan didampingi seorang teknisi pesawat.

Kondisi pesawat tampak kumuh, tanpa tempat duduk, dan tanpa toilet sama sekali.

Karena ingin buang air kecil, Bung Karno lalu bertanya kepada Soeharto mengenai apa yang harus dilakukannya.

Soeharto lalu menyarankan Bung Karno berjalan di bagian belakang pesawat dan kencing di sana.

Ketika Bung Karno sedang buang air kecil karena pengaruh angin yang berhembus dari lubang-lubang peluru di pesawat terjadi hal tak terduga.

Akibat hembusan angin kencang itu, membuat air kencingya beterbangan dan menghujani Bung Karno sendiri serta rekan-rekannya yang sedang duduk di lantai pesawat.

Tapi meski harus terbang dengan pesawat rongsokan yang rawan disergap pesawat-pesawat tempur Sekutu dan diwarnai kisah konyol seperti harus kencing sembarangan, Bung Karno beserta rombongan berhasil mendarat selamat di Jakarta.

Tugas maha penting pun segera menyergap Bung Karno dan Bung Hatta, karena mereka harus kembali bersiap untuk memproklamasikan kemerdekaan RI tanpa campur tangan Jepang.

Artikel Terkait