Advertorial
Intisari-Online.com - Homo erectus pertama kali muncul 2 juta tahun yang lalu dan punah sekitar 50.000 hingga 10.000 tahun yang lalu.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan 27 Juli di Journal PLOS One, dibandingkan dengan hominin lain, seperti Neanderthal, spesies ini mungkin lebih malas dan enggan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Para arkeolog dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang baru ditemukan dan digali dari situs penggalian di Semenanjung Arab di Saffadah modern, Arab Saudi pada tahun 2014.
Temuan mereka menunjukkan bahwa spesies Homo erectus di daerah itu melakukan sedikit usaha untuk membuat alat dan mencari persediaan.
Baca Juga:Inilah Alasan Kenapa Banyak Orang Tetap Mengenakan Jam Tangan Rusak, Apakah Anda Salah Satunya?
Manusia purba ini hidup di tempat-tempat dengan akses mudah ke batu dan air.
Ceri Shipton, arkeolog dari Australian National University mengatakan, "Untuk membuat perkakas, mereka akan menggunakan batu apa pun yang tergeletak di sekitar pemukiman mereka, yang sebagian kualitasnya relatif rendah untuk digunakan."
Alat-alat tersebut termasuk inti, serpihan, kapak tangan dan parang.
Padahal, agak jauh dari pemukiman Homo erectus ada batuan yang berkualitas lebih baik tetapi membutuhkan perjalanan mendaki bukit.
Baca Juga:'Begal Payudara' di Sragen Tertangkap, Pelaku Minta Maaf dan Siap Dipotong Tangannya
"Tapi, daripada berjalan ke atas bukit, mereka hanya menggunakan apa pun yang tergeletak di sekitar mereka," kata Shipton.
Ketika para ahli memeriksa bebatuan, mereka menemukan bahwa daerah itu tidak tersentuh oleh Homo erectus, tidak ada jejak aktivitas, tidak ada artefak dan tidak ada penggalian batu.
Manusia purba ini kuat dan terampil dan mereka berkembang di wilayah ini selama beberapa waktu.
Tetapi, begitu dasar sungai mengering dan terjadi sedimentasi di sungai, kurangnya inisiatif Homo erectus membuat mereka mati.
Shipton berkata, "Mereka tidak hanya malas, tetapi juga sangat konservatif."
Peralatan mereka tetap sama dalam ukuran dan komposisi, sedang lingkungan di sekitar mereka berubah.
Tidak ada perkembangan sama sekali dan peralatan mereka tidak pernah jauh dari sungai yang mengering.
Lingkungan menjadi terlalu kering bagi mereka.
Baca Juga:Bukan Bambang Hartono dari Indonesia, Rupanya Inilah Atlet Tertua pada Ajang Asian Games 2018