Perang melawan teror yang dilakukan AS tidak hanya berhenti di Afghanistan, al-Qaeda masih memiliki beberapa jaringan dan Isis menjadi sebuah ancaman baru.
Kebijakan pelarangan imigrasi ini menjadi salah satu program menonjol yang menuai kontroversi hingga dikritik oleh pihak lawan seperti para anggota partai Demokrat. Mereka menganggap bahwa Presiden yang baru terpilih akhir 2016 ini tidak mencantumkan warga negara yang terlibat pada insiden 9/11 seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Akan tetapi pemerintahan Trump di Gedung Putih berargumen bahwa pelarangan imigrasinya tertuju pada aktivitas Isis dan al-Qaeda sehingga 6 negara tertentu dipilih.
Selain kebijakan ini Trump juga menarik perhatian dunia saat ingin membangun tembok pembatas antara Meksiko dan AS. Kebijakan yang telah direncanakan sejak ia mencalonkan Presiden ini pun seakan dibicarakan saat Trump dan Pangeran Mohammed melakukan diskusi keberhasilan Arab dalam membangun pagar. Karena pembatas yang memisahkan Arab dengan Irak ini Kerajaan dapat mengantisipasi imigran ilegal dan operasi penyelundupan.
Pada akhirnya cukup mengejutkan bagaimana Pangeran Mohammed menganggap Trump sebagai “teman sejati para Muslim”. Menurut penasehatnya pun ia menambahkan bahwa banyak media yang membelokkan fakta, mengambil konteks pernyataan yang tidak berhubungan kemudian memberikan komentar dan analisa.
Source | : | independent.co.uk,cnn.com,bloomberg.com,townhall.com |
Penulis | : | Bramantyo Indirawan |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR