Advertorial

Menolak Dibinasakan, Ratu Celtic Ini Lepas Amarah dan Bertempur Melawan Romawi dengan Gagah Berani

Muflika Nur Fuaddah
Moh. Habib Asyhad
Muflika Nur Fuaddah
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com- "Kami orang Inggris terbiasa berperang dipimpin oleh komandan wanita."

Menurut sejarawan kuno Tacitus, ini adalah kata-kata yang digunakan Ratu Boudicca saat membakar semangat pasukannya melawan Romawi.

Boudicca adalah ratu suku Iceni, klan Celtic yang menyatukan sejumlah suku Inggris dalam pemberontakan melawan Kekaisaran Romawi pada 60-61 SM.

Sementara dia terkenal karena keberhasilannya mengalahkan Romawi dalam tiga pertempuran besar, kemenangan tidak bertahan lama.

Baca Juga:Ritus Pati Obong, Saat Para Janda Membakar Diri Demi Menjaga Kehormatannya

Tahun-tahun awal

Pada 4 SM, sebelum Boudicca beranjak dewasa, orang Romawi menyerbu Inggris, dan sebagian besar suku Celtic dipaksa menyerah.

Namun, Romawi mengizinkan 2 raja Celtic untuk mempertahankan kepemimpinannya untuk nantinya akan diserahkan pada Romawi dalam wasiat.

Salah satu dari raja-raja ini adalah Prasutagus, yang dinikahi oleh Boudicca pada usia 18 tahun.

Baca Juga:Libatkan Anak Sebagai Tumbal, Seperti Inilah Proses Ritual Pengorbanan di Suku Aztec

Namun, itu bukan waktu yang harmonis untuk Boudicca dan Prasutagus.

Bahkan, pada 60 SM, kehidupan Boudicca berubah drastis karena kematian suaminya.

Seketika itu kerajaan dan rumah tangga sama-sama dijarah seperti hadiah-hadiah perang.

Para kepala suku Iceni diangkut ke Romawi dan keluarga raja sendiri diperlakukan seperti budak.

Baca Juga:Hidup Ala La Sape, Rela Tak Makan dan Berutang Demi Pakai Baju Merek Ternama

Untuk mempermalukan mantan penguasa, bangsawan diperlakukan sebagai budak.

Mereka juga mencambuki Boudicca di depan umum, dan memperkosa kedua putri mereka.

Tidak mengherankan, ratu Boudicca memiliki banyak alasan untuk membenci orang-orang Romawi.

Setelah serangan brutal terhadap putrinya, sementara orang Romawi sibuk melawan para Druid, Boudicca segera mulaimembentuk pasukannya untuk memberontak.

Baca Juga:Sanggupkah 'Gigi Naga' Ini Perlambat Pergerakan Tank Besar pada PD I?

Boudicca bertemu dengan para pemimpin Iceni, Trinovanti, Cornovii, Durotiges, dan suku-suku lain yang tak senang atas Romawi.

Mereka kemudian sepakat untuk memberontak dan mengusir orang Roma, dan Boudicca dipilih sebagai pemimpinnya.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa Boudicca berhasil mengumpulkan pasukan hingga 100.000 prajurit.

Sasaran pertamanya adalah Camulodunum (sekarang Colchester modern), sebuah kota untuk tentara Romawi tempat Claudius tinggal.

Baca Juga:Inilah 10 Foto yang Menunjukkan 'Penampakan' Sesungguhnya, Tanpa Rekayasa!

Setelah mendengar berita tentang pemberontakan, Gubernur Romawi Gaius Suetonius Paulinus bergegas ke Londinium (London modern).

Para pejuang Boudicca membakar dan menghancurkan seluruh pemukiman, membunuh siapa saja yang tidak cukup bijaksana untuk pergi.

Serangan ketiga dan terakhir Boudicca bertempat di Verulamium.

Pada akhir serangan terakhir, diperkirakan 70.000 - 80.000 telah tewas.

Baca Juga:'Outfit' Super Mahal Anak-anak Muda Jakarta, dari Sepatu Rp28Juta sampai Jam Tangan Rp331 Juta

Krisis menyebabkan Kaisar Nero mempertimbangkan penarikan semua pasukan Romawi dari Inggris.

Boudicca percaya kehancurannya terhadap tiga kota kunci akan membebaskan Inggris dari Roman, tetapi sayangnya dia keliru.

Baca Juga:Inilah Penjara Paling Aneh di Dunia, di Mana Narapidana Bayar Rp77 Juta Untuk Sel yang Akan Ditempatinya

Artikel Terkait