Baca juga: Kahiyang Ayu Melahirkan: Ini Kisaran Biaya Operasi Caesar di RSIA YPK Mandiri
Penyebabnya multifaktor
Tak bisa dipungkiri, kelahiran anak - terlebih anak pertama – akan mengubah kehidupan seorang perempuan. Kini ia telah menjadi orangtua.
Segala perubahan yang terjadi selama proses itu menjadi salah satu pengalaman paling tak terlupakan, khususnya bagi perempuan.
Namun, ada paradoks yang harus dialami oleh ibu.
Proses panjang mulai dari kehamilan hingga kelahiran, entah anak pertama maupun anak berikutnya, selalu merupakan proses melelahkan yang akan menguras energi ibu.
Di sisi lain, ketika ibu sudah sangat lelah usai melahirkan, ia tetap harus bisa tersenyum bahagia – setidaknya di hadapan orangtua atau mertua.
Belum lagi saat dihadapkan pada kondisi bahwa ibu harus siap menyusui, mengganti popok, dan terbangun tengah malam untuk meredam tangis si kecil.
Ketidaksiapan ibu terhadap semua kondisi ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab baby blues syndrome.
“Ibu perlu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di dalam diri dan lingkungannya. Ini adalah masa penyesuaian,” ujar Yapina Widyawati, S.Psi, M.Psi., dosen psikologi di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Ada banyak situasi dan tanggung jawab baru yang harus dihadapi ibu.
Meskipun sindrom ini tampak muncul alami, Yapina mengingatkan bahwa masing-masing orang memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda terhadap tekanan. Ada yang menganggap segala perubahan itu sebagai hal yang biasa saja, tapi ada pula yang sangat menghayatinya sehingga berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
“Rasa yang dialami boleh saja sama, tapi cara mengatasinya bisa berbeda. Misalnya pada orang yang sensitif,” imbuh Yapina.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR