Advertorial

Jika Sedang di Solo, Mampirlah ke Taman Balekambang yang Hijau dan Bersejarah

Moh. Habib Asyhad
K. Tatik Wardayati
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Intisari-Online.com – Jika sedang bertandang ke Kota Solo, mampirlah ke Taman Balekambang. Selain bakal menemukan kesejukan di balik Jrimbunnya pepohonan, Anda juga akan disuguhi informasi sejarah yang berkaitan dengan Pura Mangkunegaran.

Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 2010, dan ditulis oleh Heri Priyatmoko, semasa Solo dipimpin oleh Walikota Joko Widodo, yang sekarang adalah Presiden RI.

Sempat mangkrak dan kumuh selama belasan tahun, kini tempat itu berseri kembali setelah direvitalisasi oleh Walikota Joko Widodo, atau lebih akrab dipanggil Jokowi.

Taman dikembalikan ke bentuk semula dengan sedikit polesan agar kian menawan. Di masa lalu hingga kini taman ini kerap dipakai untuk pertunjukan tradisional ketoprak dan tamasya warga kota. Semakin semarak dengan adanya wahana outbound di taman seluas 13 hektar ini.

Baca juga: Memanjakan Mata dengan Batik Solo, Jangan Lupa Borong Batiknya!

Di dalam taman terdapat dua patung perempuan ayu yang kerap dijadikan latar berfoto ria.

Karena tidak diberi keterangan yang jelas dan lengkap, para pengunjung mengira patung tersebut adalah patung RA. Kartini. Yang betul, patung yang berada di tengah taman ini bernama Partinah, sedangkan patung yang berada di tengah kolam bernama Partini.

Menurut riwayatnya, Taman Balekambang dibangun oleh Mangkunegara VII tahun 1912. Beliau sengaja membangun kolam dan hutan ini meniru model Garden City di negeri Kincir Angin, Belanda.

Kebetulan ia sempat mengenyam pendidikan di Leiden meskipun tidak rampung karena gejolak Perang Dunia I. Semula Taman Baiekambang disebut Partini Tuin, yang berarti Taman Partini, nama putri tertuanya.

Baca juga: Mudik Lebaran di Solo? Jangan Lupa Mampir ke Sate Kere Yu Rebi yang Dibacem Tiga Kali

Sementara, lokasi yang ditandai dengan patung Partinah yang juga nama Putri Mangkunegara VII merupakan hutan kota. Dulu disebut Partinah Bosch.

Mangkunegara VII membangun hutan kota rupanya tak sekedar demi keindahan. Taman Balekambang memiliki fungsi sebagai resapan air, lantaran Kota Bengawan ini kerap dilanda banjir setiap tahun.

Ketika musim kemarau, penduduk tidak risau akan bencana kekeringan. Tampungan air di taman ini cukup memadai karena tersimpan bagus di akar-akar pepohonan yang tumbuh subur.

Meskipun roda zaman terus berputar, kondisi Taman Balekambang rupanya tidak jauh berbeda. Anda bisa buktikan dengan melihat-lihat koleksi foto-foto lawas taman ini di Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran.

Baca juga: Di Kota Solo, Setidaknya 1.200 Anjing Dikonsumsi Setiap Hari, Sebagian Besar Didatangkan dari Jawa Barat dan Jawa Timur

Meski letaknya sekarang bersebelahan dengan jalan raya menuju Terminal Tirtonadi, suara bising knalpot kendaraan yang bersliweran nyaris tak terdengar. Udara pun tetap segar.

Taman Balekambang merupakan ruang publik yang komplet. Keberadaannya tak sebatas paru-paru kota. Juga sebagai sarana rekreasi dan interaksi warga kota demi terpeliharanya kerukunan dan kohesi sosial.

Interaksi sosial ini mengikis potensi konflik antar sesama. Plus kandungan informasi sejarah lokal di taman ini, diharapkan generasi muda yang bermain di dalamnya dapat mengenang atau sedikitnya mencomot semangat Mangkunegara VII dalam mengelola lingkungan dan mencintai alam sekitarnya.

Harapannya, kesadaran merawat lingkungan pada diri generasi sekarang semakin menebal.

Baca juga: Menurut Pak Wali Kota, Inilah Alasan Kenapa Solo Disebut sebagai Kota Paling Nyaman untuk Dihuni

Artikel Terkait