Advertorial
Intisari-Online.com – Tidak seperti makanan khas Solo lainnya seperti nasi liwet atau tengkleng yang bisa ditemui di daerah lain, makanan ini jarang ditemui kecuali di Solo.
Bahkan di Solo pun hanya beberapa waning yang menjualnya. Itu pun biasanya menjadi menu pelengkap.
Namanya unik, sate kere. Tidak seperti penamaan sate yang biasanya merujuk ke bahan yang disate.
Sate kere jelas bukan sate yang berbahan baku kere. Konon dinamakan sate kere karena makanan ini dulu hanya dikonsumsi kalangan kere (orang miskin) yang tidak mampu mencicipi kelezatan sate daging.
Walhasil, kaum kere membuat makanan yang mirip dengan sate yang dinikmati orang-orang kaya.
Baca juga: Basah dan Empuknya Sate Romli Depan RS Pusat Pertamina, Yakin Enggak Tergiur?
Bahan baku sate kere adalah tempe gembus. Tempe gembus merupakan tempe yang dibuat dari ampas kedelai sisa pembuatan tahu.
Meski hanya terbuat dari tempe gembus, rasanya cukup nikmat. Tidak seperti sate daging, sate kere rasanya lembut di lidah dan tentu saja bebas kolesterol.
Dulu, yang mengonsumsi sate kere hanya kalangan bawah, tapi sekarang sate kere juga menjadi santapan orang berduit.
Ini setidaknya terlihat di warung Sate kere Yu Rebi. Warung sate yang sudah berusia setengah abad ini hanya menggunakan tempe gembus jenis khusus sebagai bahan bakunya.
Tempe gembus itu memiliki tekstur sangat halus, yang dipasok produsen di Kartasura. Yu Rebi memilih menutup warungnya bila tempe gembus pilihannya itu tak diproduksi.
Baca juga: Sate Maranggi, Jangan Hanya Menyantapnya tapi Baca Juga Sejarahnya yang Mengejutkan
la pernah mencoba menggunakan tempe gembus dari produsen lain, tapi ternyata rasanya berbeda dan menyebabkan para pelanggan protes.
Sate kere dimasak melalui beberapa tahap. Sebelum dibakar dalam bentuk sate, tempe gembus dimasak terlebih dahulu.
Persis seperti cara memasak bacem. Bumbunya juga tidak berbeda dengan bumbu bacem: bawang merah, bawah putih, ketumbar, kemiri, asam, dan gula jawa.
Dengan menggunakan kuali tanah dan tungku arang kayu, proses memasak awal ini dimaksudkan agar bumbu benar-benar merasuk.
Meski sudah matang dan cukup enak untuk disantap, Yu Rebi masih mengulangi lagi pemberian bumbu bacem tersebut. Kali ini dengan cara direndam.
Baca juga:Di Sate Bali Resto, Tum Tidak Terbuat dari Daging Babi, Seperti Apa Rasanya?
Jadi, tempe gembus bacem yang sudah dingin direndam sekitar satu jam dengan ramuan bumbu bacem.
Rasa manis gula jawa dan gurihnya rempah-rempah benar-benar meresap ke tempe yang memang memiliki pori-pori cukup longgar ini. Demikian pula ketika dibakar, beberapa kali sate dicelup ke dalam bumbu ini.
Irisan tempe gembus yang dibuat Yu Rebi lumayan besar. Setelah dibakar di atas bara, tempe itu baru diberi bumbu yang terdiri dari gula jawa, kacang tanah, dan sejumlah rempah-rempah lain yang rasanya pedas manis.
Satu porsi sate kere biasanya terdiri atas 10 tusuk. Hanya saja, pembeli biasanya menyukai sate kere yang dicampur dengan berbagai jenis sate jeroan sapi mulai dari iso, limpa, ginjal, babat, paru, ati, torpedo, hingga kikil.
Cara memasak jeroan sapi itu juga sama dengan tempe gembus.
Meski namanya sate kere, jangan salah, harganya bukan harga kere. (Imron)
Sate Kere Yu Rebi: Jln Kebangkitan Nasional no. 1 – 2 Sriwedari (Belakang Stadion Sriwedari). Telp 0271 – 739839
Baca juga: Nasi Liwet Yu Sani, Dimasak 9 Jam, 'Berani' Santan