Menurut Bhima, besar kemungkinan nilai transaksi riil yang terjadi antara Indonesia dan Israel lebih besar daripada data-data tersebut. Sebab, banyak transaksi dilakukan melewati negara ketiga sebagai hub ekspor.
Untuk diketahui saja, legalisasi perdagangan Indonesia dengan Israel dilakukan tahun 2001 lewat Surat Keterangan Menteri Perindustrian No.23/MPP/01/2001.
Surat yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid itu masih berlaku hingga kini. Menurut Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, surat itu menjelaskan tidak ada hambatan perdagangan antara Indonesia - Israel.
Karena bentuknya surat keterangan, papar Oke, maka surat itu tidak ada waktu masa berlakunya hingga sekarang.
Ingin ada diplomasi
Sejak Israel mendeklarasikan diri tahun 1948, posisi pemerintah Indonesia hingga kini tak pernah mengakui dan tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Meski demikian, komunikasi dengan Israel kerap terjadi, meski tidak dalam rambu-rambu kerjasama diplomatik.
Selain hubungan perdagangan yang sudah terjalin, Indonesia dan Israel juga pernah terlibat dalam urusan militer. Seperti disebut tadi, di zaman Orde Baru, Indonesia membeli jet tempur dan helikopter dari Israel untuk peralatan tempur TNI Angkatan Udara.
Namun, pembelian alat pertahanan tersebut dilakukan melewati negara ketiga, yakni Amerika Serikat.
Dalam kacamata bisnis, pembelian pesawat tersebut menjadikan Indonesia sebagai konsumen. Peluang inilah yang terus dijajaki Israel. Maka itu, Israel berusaha mencari jalan membuka peluang kerjasama diplomatik dengan Indonesia.
Usaha itu berulang kali dilakukan. Terakhir kali disampaikan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tahun 2016.
Dalam tawaran itu, Netanyahu menyampaikan proposal kerjasama berbagai bidang jika hubungan diplomatik Indonesia dan Israel terjalin. Salah satunya kerjasama di bidang teknologi.
Kepada Times of Israel Netanyahu menyatakan , Israel dan Indonesia punya kesamaan dalam hal menumpas terorisme. “Sudah waktunya mengubah hubungan,” jelas Netanyahu.
Namun, Sekretaris Kabinet Republik Indonesia Pramono Anung menegaskan, Indonesia menolak tawaran tersebut. Kata Pramono, Indonesia berpegang teguh kepada konstitusi dan keputusan Presiden Soekarno sebagai founding father, bahwa Indonesia mengutamakan kemerdekaan Palestina.
Tak menyerah, upaya Israel mendekati Indonesia berlanjut dengan mendekati organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Melalui Israel Council on Foreign Relations (ICFR), Israel mengundang tokoh NU, Yahya Cholil Staquf yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Namun, Presiden Joko Widodo menegaskan, kunjungan Cholil ke Jerusalem tersebut merupakan urusan pribadi, bukan urusan negara. “Indonesia secara konsisten tetap bersama Palestina,” tandas Presiden.
Artikel ini sebelumnya sudah dimuat di Laporan Utama Tabloid KONTAN edisi 25 Juni - 1 Juli 2018. Artikel berikut data dan infografis selengkapnya silakan klik link berikut: "Sering Kencan, Pun Tak Ada Hubungan"
Baca juga: Kesalahan Besar Pengemudi Mobil Matik yang Sering Disepelekan, Apakah Anda Salah Satunya?
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR