Meski kedua Negara tidak memiliki hubungan diplomatik, Bhima memastikan, transaksi perdagangan tetap bisa dilakukan oleh pelaku bisnis.
Baca juga: MP-5K, Senjata Maut Paspampres Bermotor yang Siap Beraksi Bak Siluman di Siang Bolong
Proses transaksi jual-beli pengusaha Indonesia dan Israel tersebut masih bisa berjalan dalam sistem keuangan yang kini sudah mengglobal.
Selain produk pertanian, produk-produk Israel yang masuk ke Indonesia kebanyakan adalah produk berteknologi tinggi.
Fachri Thaib, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Komite Tetap Timur Tengah dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menjelaskan, Israel merupakan negara yang unggul dalam pengembangan teknologi.
“Mereka bisa mengolah padang pasir yang tandus jadi lahan pertanian yang subur,” jelas Fachri yang pernah melawat ke Israel.
Berdasarkan pengalaman Fachri, beberapa negara yang pernah bekerjasama dengan Israel berhasil mentransfer teknologi dari Israel.
“Di Asia Tenggara ada Vietnam dan Thailand yang berhasil mentransfer teknologi pertanian dari Israel ke negaranya. Hasilnya, mereka maju dalam mengembangkan pertanian di negaranya,” terang Fachri.
Jika dilihat peta ekonomi Israel, pertanian bukanlah kontributor pendapatan terbesar bagi negara dengan gross domestik product (GDP) sebesar US$ 373 miliar tersebut.
Israel justru mengandalkan pendapatan dari bisnis jasa dan industri dengan porsi ke GDP masing-masing 67% dan 27%. “Teknologi Israel banyak di ekspor dan digunakan negara lain,” katanya.
Tak hanya teknologi untuk kebutuhan konsumen, Israel terbilang berada di depan dalam hal memproduksi teknologi pertahanan dan keamanan yang dijual ke banyak negara.
Bahkan, Indonesia pada zaman Orde Baru sempat membeli alat tempur dari Israel, meskipun dilakukan melalui pihak ketiga, yakni Amerika Serikat (AS).
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR