Semua pasukan antiteror segera melakukan konsolidasi dan persiapan operasi di bawah kendali Letkol Sintong.
Tapi Sintong ternyata tak mau semua anak buahnya stres dan kelelahan.
Oleh karena itu, ia keluar dari ruangan tempat anak buahnya istirahat dengan alasan ada yang memanggil.
Sintong juga bilang bahwa operasi pembebasan sandera dibatalkan dan semua pasukan sebaiknya tidur saja.
Padahal semua itu dilakukan oleh Sintong hanya berpura-pura agar semua anak buahnya yang sudah lelah dalam latihan bisa istirahat total dan besok dapat melakukan operasi pembebasan sandera secara optimal.
Semua pasukan antiteror yang ‘dikibuli’ oleh komandannya sendiri itu pun tertidur lelap.
Pukul 02.00 dini hari (31 Maret 1980) semua pasukan antiteror tiba-tiba dibangunkan dan harus bersiap untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.
Dalam kondisi segar karena cukup tidur semua pasukan bergerak menuju sasaran tapi dalam pergerakan santai tidak seperti pasukan komando agar tidak menarik perhatian.
Semua senjata pun tampak disembunyikan ketika para pasukan antiteror yang sedang membawa tangga untuk memasuki pintu pesawat malah berjalan lebih santai lagi.
Televisi nasional Thailand yang terus menerus memantau perkembangan di seputar pesawat yang dibajak malah berkomentar bahwa pergerakan semua pasukan antiteror seperti orang piknik (Sunday picnic).
Namun, ketika pasukan antiteror sudah berhasil mendobrak pintu dan masuk ke pesawat mereka pun berubah jadi pasukan yang ganas dan akhirnya sukses melumpuhkan penyandera serta membebaskan para sandera dalam hitungan menit.
Atas prestasi yang luar biasa itu, semua pasukan antiteror Kopassus mendapat penghargaan tertinggi dari negara, yakni medali Bintang Sakti.
(Sumber : Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009)
Baca juga: Demi Misi Super Rahasia di GAM, Sersan Badri Rela Jadi Pedagang Buah Durian
Source | : | dari berbagai sumber |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR