Advertorial
Intisari-Online.com – Di Wina, seperti pernah dimuat di MajalahIntisariedisi Juli 1975, ada boneka yang setiap tahun sekitar 50 kali "dibunuh". Sejak 8 tahun terakhir semua kejahatan pembunuhan direkonstruir dengan dia di Wina. Boneka "korban" itu milik polisi.
Sejak 10 tahun yang lalu dia "tinggal" di tingkat tertinggi kantor polisi komwil XV di Wina.
Apartment sederhana yang terdiri dari gang, dapur, kamar mandi dan dua kamar itu, akan menyebabkan orang lain yang tinggal di situ tidak bisa tidur semalam suntuk. Betapa tidak.
Di belakang pintu masuknya terjadi pembunuhan di atas ban berjalan. Soalnya tempat itu merupakan tempat "pembunuhan" resmi dari kepolisian Wina dimana ahli-ahli dari polisi kriminil mendapat latihan khusus dalam tehnik mencari jejak.
Kalau penghuni apartment itu tidak harus kerja lembur, karena ada pembunuhan yang harus direkonstruksi, ia harus menjadi korban pembunuhan yang fiktif.
Baca juga: Wanita Ini Mengungkapkan Alasan Gilanya kenapa Tertarik pada Pria-pria dengan Kasus Kriminal Tinggi
Letnan satu polisi Franz Jank adalah salah seorang terkemuka dari dinas reserse kriminil. Setiap tahun ia melatih puluhan ahli detektip tentang tehnik kriminil di "rumah" pembunuhan tersebut.
Maksudnya untuk melatih ahli penyelidikan pembunuhan. Ia memikirkan pembunuhan yang paling rumit untuk menguji keahlian para anak buahnya.
Semua dalam ruangan-ruangan apartment itu berbau kejahatan. Dalam gang ada permadani yang tidak pada tempatnya. Ini berarti baru terjadi pergulatan.
Dalam kamar mandi ada noda kecil bekas darah dan pintu almari obat untuk bantuan pertama telah terbuka, pertanda bahwa si pelaku telah cedera sedikit. Dan di ruangan tamu boneka tergeletak di lantai.
Sekarang para calon ahli penyelidik pembunuhan harus mencari lubang tembakan dalam baju boneka dan di dinding.
Baca juga: Ada Tato Tersembunyi pada Mumi Mesir, Tanda Kriminal atau Kesalehan?
"Pegawai-pegawai kami termasuk ahli reserse yang paling baik pendidikannya di Eropah," kata Letnan I Jank dengan bangga. Betapa tidak: Di Wina di mana setiap tahun terjadi sekitar 33 pembunuhan, rata-rata 30 yang berhasil diungkapkan dan diajukan ke depan pengadilan.
Nama baik dari "rumah pembunuhan" itu juga sudah terkenal di negara-negara sekutu Austria, dan setiap tahun mereka mengirim polisinya ke Wina untuk mengikuti kursus latihan pembunuhan selama enam minggu.
"Rumah" pembunuhan ini merupakan surga bagi ahli foto kriminil, daktiloskop dan ahli tehnik tembak, kata seorang pelajar yang sudah dilepaskan untuk mengungkapkan sendiri pembunuhan sungguh-sungguh.
Boneka milik polisi Wina ini mempunyai seorang saingan. Yakni milik polisi militer. Namun boneka ini buatannya lebih kasar dan tanpa kepala. "Korban" sungguhan harus mempunyai kepala.
Karena itu pembunuh Wina praktis harus menghadapi korbannya lagi. Dan kebanyakan di antara mereka akan menjadi lunak kalau harus mengulangi jalannya pembunuhan sekali lagi dalam keadaan yang realistis.
Selama itu juga banyak kolektor menghendaki boneka tersebut dan mereka bersedia membayar harga berapapun untuk souvenir ngeri itu. (Die Welt – Intisari Juli 1975)