Orang Dani juga mempunyai kebiasaan memakai barang-barang sekali pakai. Pakaian mereka seperti koteka dan rok berumbai-rumbai akan dibuang kalau sudah kotor atau rusak. Demikian pula lantai rumah yang diberi alas rumput kering. Bila dikencingi anak atau kena kotoran lainnya langsung dibuang.
Alat makannya hanya daun pisang yang berfungsi sebagai piring. Mereka makan dengan tangan. Untuk mengambil sayuran, kadang-kadang mereka memakai lidi dari kayu, yang berfungsi seperti garpu. Bisa ditebak bahwa makanan mereka tidak pernah berkuah.
Baca juga: Pasir Putih di Lembah Baliem Wamena
Yang repot ialah memberi makan bayi. Ibu-ibu tidak bisa membuat makanan bayi, sebab tidak ada alat untuk menghaluskan makanan. Padahal bayi tidak bisa mengunyah. Tidak heran bila banyak bayi kekurangan gizi di atas usia 7 - 8 bulan.
Kadang-kadang mereka memberi sepotong ubi yang diremas-remas dulu dengan tangan. Cara lain yang bagi kita agak menjijikkan: makanan dikunyah-kunyah dulu oleh si ibu, dimuntahkan di tangan, baru disuapkan ke bayi.
Bayi orang Dani dimasukkan dalam keranjang yang disebut noken atau yum, yang dibuat dari anyaman serat kulit pohon. Pegangannya dilingkarkan pada kepala dari belakang. Para bayi dibiarkan telanjang bulat.
Supaya hangat, keranjang tempat bayi itu diberi alas daun-daunan. Bila bayi itu buang air besar atau kencing, daun-daun kotor itu dibuang dan diganti dengan yang baru. Dengan cara ini bayi tetap bersih dan sehat.
Akibat kemajuan zaman, beberapa ibu mempunyai kain tilam untuk alas bayinya. Tetapi kain ini justru menjadi sumber penyakit, karena dipakai terus biarpun kotor. Mereka tidak mampu membeli sabun dan juga tidak punya kebiasaan mencuci.
Baca juga: (Video) Burung Berwarna Mistis Ditemukan di Papua, Unik dan Langka
Ujung koteka dijadikan "dompet"
Pasar dibuka tiap hari Senin dan Kamis. Namun, pasar pada hari Senin lebih lengkap dan meriah. Penduduk dari seluruh penjuru desa berkumpul di lapangan sepak bola yang terletak dekat lapangan terbang.
Khusus hari Senin mereka berpakaian lain dari biasanya, terutama muda-mudi. Konon hari pasar adalah kesempatan mencari jodoh. Karena itu mereka berdandan sebagus-bagusnya, terutama kaum pria.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR