Karena kebutuhannya tidak mendapat pemuasan, Bu Prihatin merasa agak jengkel terhadap keluarganya dan dunia umumnya. Maka bertahun-tahun ia mengembangkan kebiasaan mengeluh kepada keluarga atau kenalan, sebab itu cara untuk melampiaskan kejengkelannya.
Ia berhasil membuat suami, anak dan menantunya jengkel, merasa bersalah atau paling tidak terganggu. Sehabis mengeluh ia merasa lega, karena hasrat agresifnya tersalur sudah. Selain itu, ia juga-memperoleh pembenaran dari Asih.
Memang benar, tukang mengeluh itu hanya bisa bahagia jika sedang berkeluh kesah. Soalnya, pada waktu itu kebutuhan mereka terpuaskan.
Apakah Bu Prihatin bisa ditolong?
Menurut Psikolog Joan Rais, bila hal yang menimbulkan ketidakpuasan tersebut tidak dapat diubah, maka mau tak mau, Bu Prihatin harus membuka matanya untuk menghadapi kenyataan yang ada.
Baca juga: Bukan dengan Mengeluh! Ibu Ini 'Merayakan' Penyakit Langka yang Dideritanya dengan Pemotretan
Berkumpul dengan ibu-ibu lain yang tingkat ekonominya sebanding bisa mengurangi pemikirannya yang melulu tertambat pada kekurangannya.
Sebaliknya, bergaul dengan ibu-ibu yang tingkat ekonominya lebih tinggi diperkirakan akan lebih menimbulkan banyak kesulitan baginya. Ia akan semakin tidak puas dengan keadaannya.
Memang ada orang tertentu yang akan berusaha melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang lain padanya. Perhatian apa pun yang sudah diberikan oleh lingkungannya akan selalu dirasakannya kurang.
Bila ternyata Bu Prihatin memang mempunyai bentuk kepribadian seperti itu, perlu pengamatan dan pendekatan tertentu untuk menanganinya.
Barangkali dengan menggunakan sistem trial and error, yaitu memberikan reaksi tertentu bila ia membuat suatu aksi, lalu diamati hasilnya sampai ditemukan pola tertentu bagaimana mengatasinya.
Bisa dengan hanya didiamkan saja, bisa juga dengan diberi perhatian yang sangat berlebihan atau dilakukan tindakan-tindakan lain yang dapat mengakibatkan pengurangan perilaku tersebut.
Bantuan orang lain (di luar keluarga) akan juga dirasakan sangat membantu. Bila ingin dipecahkan dalam keluarga sendiri, keterbukaan masing-masing anggota keluarga akan sangat berperan dalam penyelesaian masalah ini. (Stuart Palmer)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1987)
Baca juga: Benar-benar Teladan, Pria Inggris Ini Tidak Pernah Mengeluh Dalam Keadaan Sesulit Apa pun
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR