Advertorial

Taras Shelest, Pilot yang Dipaksa Mengaku Sebagai Pilot Gadungan Demi Lindungi Perusahaannya

Masrurroh Ummu Kulsum
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Bertahun-tahun menjadi pilot ia tak pernah sekolah di sekolah penerbangan dan memalsukan ijazah, namun cerita dibaliknya sungguh memprihatinkan.
Bertahun-tahun menjadi pilot ia tak pernah sekolah di sekolah penerbangan dan memalsukan ijazah, namun cerita dibaliknya sungguh memprihatinkan.

Intisari-online.com - Media Rusia baru-baru ini menampilkan kisah Taras Shelest, seorang pilot pesawat yang sangat dihormati.

Namun ternyata pilot tersebut terlibat skandal penipuan.

Meskipun tidak pernah menempuh pendidikan di sekolah penerbangan dan memalsukan ijazah diploma, Shalest menerbangkan ribuan orang di seluruh dunia selama beberapa tahun, sampai insiden aneh ia lakukan.

Pada Agustus 2015, Taras Shelest menjadi co-pilot dalam penerbangan dari Moskow ke Siprus.

BACA JUGA:Ngeri, Ini 5 Kecelakaan Pesawat Paling Tragis di Indonesia, Salah Satunya Karena Pilot Sengaja Bunuh Diri

Ketika memasuki wilayah udara Ukraina, ia menghubungi pengendali di darat sesuai protokol.

Namun bukan menggunakan bahasa teknis seperti umumnya, ia mengucapkan hal yang sangat aneh, "Glory to Ukraine!" katanya.

Hal yang tidak biasa tersebut membuat Shelest dilaporkan pada kemanaan perusahaannya, yang kemudian diteruskan kepada FSB, dinas keamanan federal Rusia.

Teman-teman pilot Shalest membicarakannya satu sama lain, dan menganggapnya telah kehilangan akal sehat karena menggunakan kata-kata aneh tersebut.

Hasil penyelidikan latarbelakangnya justru mengungkapkan hal yang lebih gila, ya, Shalest bukanlah pilot sungguhan, melainkan seorang penggila penerbangan.

Ia telah belajar sendiri untuk terbang menggunakan simulator dan memalsukan ijazah sekolah penerbangannya.

Menurut surat kabar Rusia, Komsomolskaya Pravda (07/06/2018), pria berusia 44 tahun tersebut sangat bermimpi menjadi pilot pesawat sejak kecil.

Dia pergi ke lapangan terbang bersama teman-temannya, membaca buku-buku tentang penerbangan dan berlatih menggunakan simulator dengan bantuan teman ayahnya yang seorang instruktur terbang.

Shelest mempelajari penerbangan dengan sangat serius, ia terbiasa dengan semua istilah teknis, memahami pola terbang, dan menerbangkan pesawat dengan sempurna di simulator.

BACA JUGA:1.300 Pilot dan 5.000 Kru Maskapai Garuda Indonesia Ancam Mogok, Pihak Garuda Atasi dengan 2 Langkah Ini

Setelah lulus dari sekolah menengah, ia mencoba masuk ke sekolah penerbangan beberapa kali, tetapi tidak pernah mendapat nilai yang baik.

Seperti impiannya menjadi pilot tidak akan pernah terwujud, sehingga Shalest memilih melamar di perusahaan pengembangan video game.

Di sana ia menjadi sangat tertarik dengan simulator, khususnya simulator terbang.

Tekadnya menjadi pilot tidak berhenti, di tahun 2008 Shelest mendapat pekerjaan sebagai pramugari di maskapai swasta kecil.

Setahun kemudian, setelah mengetahui perusahaan itu membutuhkan pilot, ia pergi ke manajemen dan melamar pekerjaan.

Modalnya dengan ijazah penerbangan palsu, lulus semua tes perusahaan, ia mendaftarkan diri dalam program pelatihan untuk pesawat terbang.

Singkat cerita, ia akhirnya dapat menjadi pilot untu maskapai bear Rusia yang mengoperasikan pesawat penumpang Airbus.

Ia berhasil melewati semua tes, instrukturnya tidak pernah menyangka Shelest bukanlah pilot sungguhan.

Menurut media Rusia, dari tahun 2012 sampai 2015, Shelest telah melakukan total 2.660 jam terbang.

BACA JUGA:Pesawatnya Ditembak Jatuh dan Dikira Tewas di Afghanistan 30 Tahun Lalu, Pilot Rusia Ditemukan dalam Kondisi Mengejutkan

Ia juga begitu dihormati oleh rekannya, tidak pernah mengalami kecelakaan atau keluhan.

Jika bukan karena insiden 2015, tidak ada yang pernah menduga Shelest adalah seorang penipu.

Shelest akhirnya dijatuhi hukuman tidak boleh menerbangkan pesawat di langit Rusia.

Namun ternyata kasus tentang Shelest yang tidak pernah bersekolah di sekolah penerbangan dan memalsukan ijazah haanyalah fiktif.

Cerita tersebut sengaja dirancang untuk melindungi kepentingan perusahaan, menurut versi Shelest.

Setelah diusir dari Rusia, Shelest masih bekerja sebagai pilot di Ukraina. Ia banyak memposting pernyataan anti-Rusia di akun media sosialnya.

Media Komsomolskaya Pravda berhasil menemui Shelest untuk mengetahui kebenaran dari ceritanya. Shelest mengaku pernah bersekolah di sekolah penerbangan. Perusahaan membutuhkan alasan untuk memecatnya, sehingga mereka membuat cerita tentang Shelest yang seorang penipu.

Shelest mengatakan setelah insiden itu, dirinya dipaksa menulis pernyataan bahwa ia telah memalsukan ijazah.

Ini memungkinkan perusahaan untuk memecatnya dan membawanya ke pengadilan dengan tuntutan 1,5 juta rubel.

Ditanya mengapa Institut Penerbangan St. Petersburg tempat ia menimba ilmu mengatakan Shelst tidak pernah menjadi siswa di sana, Sheles mengatakan mereka telah berbohong untuk membantu para penyelidik mencapai hasil yang diinginkan.

Jadi Taras Shelest seorang pilot otodidak yang masih menerbangkan pesawat penumpang hingga hari ini atau hanya menjadi korban FSB Rusia?

Hal itu masih menjadi perdebatan di negaranya.

BACA JUGA:Pangeran Harry Pilot Tempur Heli Apache Yang Pernah Jadi Incaran Teroris di Irak dan Afghanistan

Artikel Terkait