Tak mau berdiam diri dalam keterbatasan, pada 2008 Rono berjualan telur asin keliling. Setiap paginya ia berjalan ke pasar pagi Rawamangun untuk membeli telur asin yang kemudian Rono jual dengan cara berkeliling kampung.
Baca juga: Tak Hanya Jadi Prajurit Militer, Inilah 10 Fakta Wanita Israel yang Jarang Diketahui
Namun, usaha untuk mendapatkan nafkah ini berakhir dengan cerita lain. Jualannya lesu. “Mungkin masyarakat sudah bosan kali ya setiap hari saya keliling bawa telur asin,” jelasnya.
Gara-gara kesandung batu
Ia pun mengubah haluannya dengan berdagang pisang keliling. Ternyata usaha ini pun juga berakhir dengan kisah yang sama, yakni tak sukses.
Suatu ketika Rono sedang pulang berjualan pisang di dekat rumahnya Rono tersandung batu yang membuat Rono langkah kakinya terhenti dan terjatuh.
Sambil meraba ada apa yang membuat dirinya terjatuh, Rono merasakan bahwa itu adalah sisa-sisa batako pecah di toko bangunan.
“Saya jatuh karena bebatuan itu, saya pikir dan termenung mungkin inilah jalan Yang Maha Kuasa untuk saya dalam memperoleh rezeki,” ujarnya. Keesokan harinya Rono mulai berhenti berdagang.
Rutinitasnya sehari-hari sekarang sebagai pemecah batu bata sisa-sisa di depan toko bangunan, yang terletak di sekitaran Cipinang.
Dengan palu sebagai alat kejanya setiap pagi ia datang menuju lokasi tempat mencari nafkah, sisa batu bata dan batako yang sudah rusak dan tidak dijual ia hancurkan perlahan hingga halus dan dimasukkan dalam karung.
Batu bata dan batako itu ia haluskan perlahan, dengan indra penglihatan yang kurang berfungsi, ia cukup terampil dalam memecahkan batu. Batu itu ia hancurkan satu per satu hingga menjadi keping-keping kecil.
Batu-batu kecil itu dia masukkan dalam karung. Satu karungnya seberat 50 kilogram. Dengan pekerjaannya itu, Rono selalu bersyukur, bahwa dia masih bisa mencari nafkah dan tidak mengemis.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR