Intisari-Online.com – Penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan dan tidak bisa kembali normal adalah gejala penyakit ginjal kronik (PGK). PGK dapat disebabkan oleh hipertensi, diabetes, obesitas, serta faktor genetik. Termasuk penyakit infeksi saluran kemih berulang, batu ginjal dan saluran kemih, serta radang penyakit ginjal dan penyakit lupus.
Untuk mencegah terjadinya PGK, dapat dilakukan 8 langkah seperti pernah diungkapkan dalam tulisan ini.
Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencegah PGK adalah menghindari pemakaian obat sembarangan dan dalam jangka lama. Lalu, bagaimana dengan obat hipertensi, dan diabetes yang biasanya dikonsumsi oleh penderitanya dalam jangka lama?
“Obat itu ada yang bersifat nefrotoksit, yang mempunyai efek samping terhadap ginjal. Obat-obat tersebut sebagian besar adalah seperti obat penghilang nyeri, obat sakit sendi, yang bisa kita beli secara bebas,” jelas Dr. Dharmeizer, SpPD-KGH, Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dari FKUI-RSCM.
Bila seseorang mengidap diabetes, lalu ia diharuskan mengonsumsi obat anti-diabetes, maka yang merusak ginjalnya pada dasarnya adalah proses diabetes itu sendiri. Bukan obat anti-diabetesnya. Diabetes dapat menyerang fungsi otak, jantung, ginjal, pembuluh darah, dan mata. Obat anti-diabetes diberikan oleh dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes.
Demikian halnya dengan obat hipertensi yang secara terus menerus diminum oleh pengidap tekanan darah tinggi. Obat-obat tersebut diberikan oleh dokter agar pasien tidak menderita stroke, kelainan jantung, pembuluh darah, juga tidak menyerang fungsi organ lain. Karena tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kelainan pada pembuluh darah.
Dokter sudah memperkirakan dosis yang harus diminum oleh pasien penderita hipertensi, diabetes, atau asam urat. Karena itu, deteksi dini dengan melakukan tes kesehatan secara berkala dapat mencegah penyakit gagal ginjal kronik.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR