Intisari-Online.com - Di kancah paranormal dan pengobatan alternatif, telur ayam kampung menduduki tempat cukup penting. Sebagai obat, penampung “benda kiriman” dalam penyembuhan santet, simbol penyatuan unsur-unsur alam, ataupun sarana pendeteksian penyakit. R. Hadi Subedjo—biasa dipanggil Bedjo—adalah salah satu paranormal yang biasa mengintip penyakit dengan telur ayam.
Bagi pria 46 tahu itu, tak ada perangkat lain yang bisa mendeteksi penyakit secanggih telur ayam kampung. “Alat” itu dia tempelkan ke bagian-bagian tubuh pasien selama beberapa menit, kemudian dipecah di hadapan pasien bersangkutan. Jika ada gangguan fisik, apa pun jenisnya, akan terlihat pada isi telur itu. Entah berupa gumpalan, cairan keruh, entah pula berupa darah. Jika tak ada gangguan fisik, alias tubuh yang bersangkutan sehat, tanda tak akan muncul.
“Saya ingatkan, yang terdapat di dalam telur hanya pertanda. Sekadar gambaran, bukan penyakit sesungguhnya,” kata ayah yang pada 1996 itu mempunyai 4 anak dan 1 cucu itu. “Tak jarang pasien terlalu yakin, mengira itu penyakitnya. Mereka merasa, dengan diambilnya sesuatu lewat telur itu, hilang pula penyakitnya.”
Padahal tidak. Pak Bedjo, begitu orang sering memanggilnya, masih harus menambahkan obat untuk memerangi penyakit tersebut. “Sepandai-pandainya ilmu, perlu sarana, yaitu obat,” ujarnya. Bagi Bedjo, tak ada penyakit yang bisa disembuhkan tanpa obat. Itu pun disertai persyaratan, sejauh “teropong batin”-nya memastikan bahwa obat racikannya mampu menyembuhkan.
Hadi Subedjo membuat sendiri obat itu. Bahan dasarnya adalah biji-bijian, daun-daunan, dan akar-akaran berbagai tetumbuhan yang secara tradisional dikenal berkhasiat. “Bertahun-tahun saya cari informasi, baca buku-buku, atau belajar sendiri, meramu bahan obat tradisional Jawa, Sunda, dan Cina,” katanya. “Melalui berkali-kali pengujian, saya jadi tahu betul kemampuan obat itu. Untuk penyakit apa, dosisnya seberapa, dan lama waktu yang diperlukan untuk pengobatannya. Dengan catatan, saya teropong dulu pasiennya. Kalau sekiranya obat saya nggak sanggup menyembuhkan, ya saya nggak akan mencoba.”
Artikel ini pernah dimuat di Intisari edisi April 1996 dengan judul “Mengintip Penyakit dengan Telur Ayam”.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR