Advertorial
Intisari-Online.com – Baru-baru ini, terbit bagian terakhir dari memoir Laksamana Nikolai Kuznetsov, bekas Menteri Angkatan Laut Uni Soviet dalam Perang Dunia II.
Dituturkan di dalam memoir itu bahwa pada saat tentara Nazi Jerman mulai menyerbu Uni Soviet, ia dan rekan-rekannya sulit sekali menemui Stalin.
la dan rekan-rekannya telah lebih dulu memberitahukan kepada Stalin bahwa Jerman akan menyerangnya pada tanggal 22 Juni 1941.
Tetapi orang kuat itu tak mau percaya malahan mencemoohkannya.
Bahkan ia melarang menembak kembali, kalau pasukan Jerman toh menyerangnya.
Baca juga: Simon Wiesenthal Si Pemburu Pasukan SS: Tiada Maaf Bagi Nazi
Pada malam tanggal 21 Juni 1941 itu, Admiral Kuznetsov berada di kantornya.
Pada jam 3.07 pagi tanggal 22 Juni 1941, ia menerima laporan dari Armada Soviet di laut Hitam tentang adanya pesawat-pesawat terbang Jerman yang mendekati Sebastopol.
Admiral itu memerintahkan memerangi pesawat-pesawat Jerman itu.
la lalu mencari Stalin di istana Kremlin. Tetapi oleh perwira jaga dijawab, “Kawan Stalin tak berada disini. Di mana dia, saya pun tak tahu.”
Laksamana Kuznetsov mendesak terus, tapi tak berhasil. Lalu ia telpon lagi pada perwira jaga itu bahwa soalnya soal penting. “lni soal perang.”
Kemudian datang telpon dengan suara menggerutu, “Kawan bicara apa ?"
Suara itu dari Georgi M. Malenkov, yang pada masa itu menjadi kepercayaan Stalin dan kemudian menjadi penggantinya.
Setelah melihat belum juga ada reaksi positif dari Kremlin, pada jam 10 pagi ia pergi lagi ke Kremlin. Tapi di sana sepi-sepi saja.
Baru dua jam kemudian Menlu Vyachesly Molotov bicara di depan radio kepada rakyat Uni Soviet, menyatakan bahwa sekalipun telah diberikan jaminan-jaminan oleh Stalin, namun Hitler toh menyerang juga.
Dalam sisa bulan itu, Stalin tak banyak berbuat. la tak pernah menghadiri sidang-sidang gabungan Komando Tertinggi, sekalipun dia adalah Panglima Tertingginya.
Baru bulan berikutnya ia tampil dan tulis Laksamana Kuznetsov, “Ia kembali menemukan kepemimpinannya setelah kacau pada hari-hari pertama dari peperangan.” (Intisari )
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam