Para peneliti melihat secara khusus mutasi pada gen SCN4A, yang berhubungan dengan gangguan otot-otot pernapasan.
Mutasi ini sangat jarang, hanya ditemukan pada empat dari 278 anak yang meninggal karena SIDS, yang dibandingkan dengan tidak ada orang dewasa yang sehat.
Baca Juga: Awas! Inilah Bahaya Menggunakan Celana Jeans yang Sobek-sobek
Karena penelitian ini berfokus pada sekelompok anak-anak kulit putih Eropa, sehingga diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai temuan serupa pada kelompok etnis dan ras lainnya.
Namun studi pertama yang menghubungkan penyebab genetik dari otot pernafasan yang lebih lemah untuk sindrom kematian bayi mendadak.
Sehingga para ahli menekankan bahwa penelitian ini masih awal dan tidak menjelaskan mayoritas kematian tersebut.
Namun, sebuah survei yang dilakukan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat mengungkapkan sebuah data mengenai kematian bayi tak terduga (SUID) oleh sebab ras/etnis antara tahun 2011-2014.
Pada diagram di atas, kematian karena SIDS menyumbang proporsi terbesar dari SUID untuk semua kelompok ras etnis, mulai dari 44% dari SUID di antara bayi hitam non-Hispanik hingga 52% dari SUID di antara bayi Asia/Kepulauan Pasifik.
Untuk itu, para ahli mendesak orangtua untuk terus mengikuti saran jangka panjang untuk membantu melindungi bayi dari SIDS yang disarankan oleh American Academy of Pediatrics.
1. Pastikan bayi dalam keadaan telentang (posisi punggung di bawah) saat tidur dan pastikan pula bahwa kondisi tempat tidur mempertahankan posisi bayi dalam kondisi telentang.
2. Hindari menggunakan alas tidur yang terlalu lembut, termasuk boks tempat tidur, selimut, bantal, dan mainan lunak yang bisa menimbulkan risiko mati lemas.
3. Pastikan boks tidur bayi berada satu ruang dengan orangtua, setidaknya enam bulan atau satu tahun untuk mengurangi risiko SIDS sebanyak 50%.
4. Hindarkan bayi dari pengaruh asap, alkohol dan obat-obatan terlarang.
Baca Juga: 57 Narapidanda Terorisme dari Mako Brimob Dipindahkan, Dari Nusakambangan ke Rutan Gunung Sindur
Source | : | CBS News,cdc.gov |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR