Tuti adalah sahabat karib Karna di kesatuan Lasjkar Caringin, Bogor pada 1945-1947. Kedua pejuang itu dikenal sebagai pencari senjata angat piawai.
Seminggu mereka bisa mendapatkan 4-5 senjata api bahkan mereka berdua pernah mendapatkan 10 senjata dari beberapa tempat di Bogor. Bagaimana caranya?
Untuk mendapatkan senjata2 itu, terlebih dahulu Karna dan Toeti mempelajari watak para serdadu Inggris dan Belanda nyaris setiap hari.
Setelah lama melakukan pengamatan lapangan, mereka berkesimpulan para serdadu yang jauh dari rumah itu sangat lemah jika dihadapkan kepada perempuan.
"Makanya dengan menggunakan Toeti yang berwajah rupawan sebagai "umpan", kami berdua beraksi " tutur Karna.
Modus aksi mereka hampir selalu sama: Tuti pura-pura mandi di sungai atau kolam yang terlihat dari jalan besar hingga patroli patroli musuh kerap tergoda untuk turun. Saat begitu, Karna yg sudah siap siap, dari tempat persembunyiannya langsung menyambar senjata senjata yg ditinggal begitu saja dalam jip dan menembakan salah satunya untuk "memancing" prajurit2 musuh itu kembali ke atas. Lantas keduanya kabur.
"Kami memang menghindar bentrok langsung, karena tugas kami memang bukan untuk bertempur tapi khusus mencari senjata dan amunisi," kenang lelaki tua yang hobi bersepeda itu.
Satu hari, mereka merencanakan operasi di tepi sungai Ciliwung dekat Kebun Raya. Aksi seolah berhasil, mereka berhasil menipu satu regu serdadu Belanda.
Namun tanpa disadari, mereka ternyata telah masuk perangkap musuh dan terkepung.
Tak ada jalan lain. Untuk meloloskan diri, mereka berdua harus terjun ke sungai Ciliwung yg tengah banjir dan airnya berwarna coklat.
Mereka pun hanyut dipermainkan kecamuknya air. Karna yg sempat meraih akar pohon selamat.
Namun tidak demikian dengan Toeti. Ia terseret arus bah dan tak bisa diselamatkan lagi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR