Advertorial
Intisari-Online.com -Pasukan khusus antiteror dari satuan TNI seperti Denjaka, Sat Bravo 90, Sat Gultor 81 Kopassus, dan Kopaska dalam operasi tempur antiteror biasanya terdiri atas satu regu pasukan dengan jumlah personel sekitar 10 orang.
Masing-masing personel memiliki peran sendiri. M
isalnya, sebagaioperator senapan mesin, ahli komunikasi radio, personel ahli bahan peledak, negosiator, pemegang senjata shotgun untuk menjebol pintu, penembak jitu (sniper) dan sejumlah personel penyerbu.
Dalam operasi tempurnya meskipun para personel pasukan khusus memiliki peran masing-masing, semuanya bersenjata lengkap yakni meyandang senjata laras pendek (pistol) dan laras panjang serta sekitar 10 magazin peluru yang terisi penuh.
Selain memakai rompi antipeluru setiap personel pasukan khusus juga dilengkapi pisau lempar, granat asap, granat tangan, dan alat komunikasi canggih.
Di samping sejumlah perlengkapan standar itu dalam misi khusus sesuai keahlian individu, personel yang bertugas sebagai penembak jitu juga masih membawa senjata sendiri.
Baca juga:Kemampuan dan Latihan Ekstrem Pasukan Khusus Kerap Dipamerkan Demi Membuktikan Keganasannya
Demikian pula personel yang bertugas sebagai pendobrak pintu dan operator senapan mesin, keduanya masih membawa senjata khas masing-masing.
Ketika pasukan khusus sedang beraksi, personel yang bertugas sebagai sniper akan mencari tempat yang ideal untuk membidik target sekaligus melindungi rekan-rekannya yang sedang menyerbu target.
Operator senapan mesin juga mengambil posisi tertentu yang strategis dan tugasnya adalah menghantam pasukan lawan yang datang untuk memberi bantuan.
Jika sniper maupun operator senapan mesin sudah berada pada posisi masing-masing, serbuan pasukan antiteror ke sasaran, misalnya gedung, akan dimulai.
Serbuan awal dilakukan oleh operator shotgun yang bertugas menjebol pintu menggunakan peluru berkaliber besar (12 mm).
Satu peluru shotgun yang ditembakkan biasanya akan langsung menjebol kunci pintu, lalu pintu didobrak disusul masuknya pasukan penyerbu.
Baca juga:Pasukan Khusus Sepatutnya Memang Tak Mengenal Kata Lengah, Apalagi Masuk Jebakan Teroris
Jika peluru shotguntidak bisa menjebol pintu, personel anti-teror yang ahli bahan peledak akan memasang peledak C-4 untuk menjebol pintu.
Suara ledakan peluru shotgun demikian keras karena berfungsi untuk meruntuhkan mental dan nyali teroris.
Jadi ketika teroris sedang terkejut oleh ledakan peluru shotgun, sebelum dia sempat meraih senjata sudah dihabisi terlebih dahulu oleh pasukan anti-teror yang datang menyerbu.
Personel operator shotgun yang biasa mengisi peluru senjatanya sebanyak 7 butir akan tetap menggunakan shotgun-nya untuk mendobrak pintu berikutnya atau menembak langsung teroris.
Jika sampai peluru shotgun menghantam kepala teroris maka akibatnya kepala akan hancur.
Baca juga:Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL yang Misterius dan Sering Bikin Gentar Navy Seal AS
Tapi jika peluru shotgun menghantam bagian dada, teroris bersangutan akan terpental tewas dengan lubang besar menganga di dadanya.
Mengingat shotgun memiliki hentakan dan suara keras saat ditembakkan, hanya personel sangat terlatih yang bisa mengoperasikannya secara akurat.
Dalam operasi antiteror, shotgun yang sudah habis pelurunya akan langsung diselempangkan operatornya di pundak, dan operator bersangkutan secepat akan menggunakan senapan serbunya.
Pasalnya untuk mengisi peluru ulang shotgun butuh waktu. Dan jika ada kesempatan, personel operatornya akan segera mengisi peluru secepatnya.
Jika tidak terlatih mengisi ulang peluru shotgun agak repot karena dimasukkan langsung ke laras senjata dan bukan melalui magazin-nya.
Peluru shotgun ditembakkan satu demi satu dan setiap akan melepaskan tembakan harus dikokang terlebih dahulu.
Jarak efektif tembakan shotgun sekitar 40 meter, oleh karena itu shotgun hanya cocok untuk pertempuran jarak dekat (Close Quarter Combat).