Advertorial

Baru Gunakan Vape Selama 3 Minggu, Remaja Ini Alami Hal Mengerikan

Mentari DP

Editor

Menurut sebuah studi kasus yang diterbitkan Kamis (17/05/2018) dalam jurnal medis Pediatrics,remaja perempuan yang namanya dirahasiakan ini telah mengalami beberapa gejala setelah melakukan vape.
Menurut sebuah studi kasus yang diterbitkan Kamis (17/05/2018) dalam jurnal medis Pediatrics,remaja perempuan yang namanya dirahasiakan ini telah mengalami beberapa gejala setelah melakukan vape.

Intisari-Online.com – Seorang remaja perempuan berusia 18 tahun memutuskan untuk mencoba rokok elektrik atau sering disebut vaping.

Diketahui vape adalah rokok elektronik yang berubah menjadi uap.

Biasanya e-liquid dalam tangki dipanaskan sampai menjadi uap cair, uap ini kemudian dihirup oleh penggunanya lalu setelah itu dihembuskan sehingga membentuk kepulan asap.

E-liquid ini dikenal mengandung perasa, propilen glikol, gliserin dan sering juga nikotin (meskipun banyak pengguna tidak menyadari bahan adiktif ini).

Remaja asal Pennsylvania ini mengatakan hanya menggunakan vape hanya sekitar tiga minggu tahun lalu.

Baca juga:Siap-siap, Daftar Barang Kena Cukai akan Bertambah. Cairan Vape Salah Satunya!

Namun apa yang ia lakukan tersebut harus dibayar sangat mahal.

Menurut sebuah studi kasus yang diterbitkan Kamis (17/05/2018) dalam jurnal medis Pediatrics,remaja perempuan yang namanya dirahasiakan ini telah mengalami beberapa gejala setelah melakukan vape.

Kata dokter, dia mengalami batuk, kesulitan bernapas yang memburuk dari menit ke menit, dan rasa sakit yang tiba-tiba menusuk di dada dengan setiap hirupan dan pernafasan.

Alhasil ia pun dikirim ke ruang gawat darurat di University of Pittsburgh Medical Center.

Sayangnya, batuknya menjadi parah dan kondisinya memburuk dengan cepat.

Akhirnya dokter di UGD mengirimnya ke unit perawatan intensif pediatri dan ia diberi antibiotik.

Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh dan mendengar kisah si remaja, Dr. Daniel Weiner, salah satu dokter pasien dan direktur medis di Children's Hospital of Pittsburgh di UPMC, mengatakan remaja ini mengalami apa yang umumnya dikenal sebagai kegagalan pernafasan.

Baca juga:Jangan Salah, Vape Juga Bisa Sebabkan Kanker, Begini Cara Bekerjanya

"Dia tidak bisa mendapatkan cukup oksigen ke dalam darahnya dari paru-parunya dan membutuhkan ventilator mekanik (respirator) untuk bernafas untuknya sampai paru-parunya sembuh," kata Weiner dilansir CNN.

Tidak hanya itu, dia juga memerlukan tabung yang disisipkan di kedua sisi dadanya untuk mengalirkan cairan dari paru-parunya.

Dokternya mendiagnosis ia dengan pneumonitis hipersensitivitas atau biasa disebut paru-paru basah.

Paru-paru basah adalah peradangan paru-paru yang dikarenakan reaksi alergi terhadap bahan kimia atau debu.

Dr. Casey Sommerfeld, dokter anak pasien dan penulis utama studi tersebut, mengatakan bahwa bahan kimia dalam rokok elektrik yang pernah ia gunakan menyebabkan kerusakan paru-paru dan peradangan.

"Respon kekebalan ini dapat menyebabkan peningkatan peradangan dan pembuluh darah 'bocor', yang dapat menyebabkan akumulasi cairan di paru-paru," kata Sommerfeld.

Saat ini, si remaja perempuan sudah diobati dengan infus methylprednisolone, obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang parah.

Kondisinya sudah lebih baik. Namun ia harus tetap menggunakan peralatan rumah sakit selama dirawat di rumah sakit.

Baca juga:Catat! 5 Negara Ini Melarang Rokok Elektronik. Kita Bisa Dipenjara Selama 10 Tahun Jika Nekat Membawanya

Artikel Terkait