Advertorial
Intisari-Online.com - Terdapat banyak program diet yang selama ini dikenal masyarakat.
Ada program diet yang fokus mengurangi kalori, karbohidrat dan lemak, ada juga yang hanya mengurangi nafsu makan saja.
Apa pun itu, tiap program diet memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Program diet yang cocok untuk satu orang pun belum tentu cocok bagi orang lainnya.
Berikut 9 program diet untuk mengurangi berat badan yang paling populer:
1. Diet Paleo
Diet Paleo menganggap manusia modern harus makan seperti nenek moyangnya, yaitu memakan sayuran dan buah-buahan.
Teorinya, penyakit di era modern ini dipengaruhi oleh konsumsi gandum, produk susu sapi, dan makanan olahan. Sehingga, ketiganya harus dihindari.
Sedangkan makanan yang dimakan harus protein tanpa lemak, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, serta biji-bijian.
Versi lain dari diet ini membolehkan keju, mentega, dan kentang untuk dimakan.
Beberapa studi membuktikan bahwa diet paleo mampu menurunkan berat badan secara signifikan.
Selain itu, diet ini secara efektif mengurangi resiko penyakit jantung, kolesterol, gula darah, dan tekanan darah tinggi.
Kekurangan dari diet ini adalah, diet paleo mengurangi konsumsi produk susu dan gandum.
Sehingga, orang bisa saja kekurangan jenis gizi yang seharusnya bisa didapatkan dari produk susu sapi dan gandum tersebut.
2. Diet Vegan
Diet Vegan diciptakan oleh kelomok vegetarian yang memilih untuk tidak mengonsumsi produk susu sapi, telur, dan produk hewan lainnya.
Para vegan mengecam eksploitasi dan kekejaman terhadap hewan karena alasan lingkungan dan kesehatan.
Makanan yang dikonsumsi para vegan adalah sayur dan buah-buahan.
Dalam diet vegan, semua produk hewan dilarang dimakan, termasuk produk seperti gelatin dan madu.
Diet ini efektif untuk mengurangi berat badan dan massa tubuh dibanding dengan sistem diet lain.
Selain itu, makan sampai kenyang diijinkan dalam diet vegan, tapi harus membatasi kalori.
Menurut sebuah studi, diet ini mampu mengurangi resiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, alzheimer, dan kanker.
Kekurangannya, akibat diet ini, orang bisa saja kekurangan vitamin B12, vitamin D, iodin, kalsium, dan omega-3 yang seharusnya bisa didapatkan dari makanan produk hewani.
3. Diet Rendah Karbohidrat
Kebanyakan diet jenis ini membatasi asupan karbohidrat hingga 20–150 gram karbohidrat bersih per hari.
Tujuan utama dari diet ini adalah untuk memaksa tubuh memakai lemak sebagai bahan bakar energi, bukan karbohidrat.
Makanan yang bisa dimakan dalam diet ini adalah yang mengandung protein dan lemak dan menghindari karbohidrat.
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa program diet ini membantu mengurangi berat badan, khususnya bagi mereka yang menderita obesitas.
Diet rendah karbohidrat bisa mengurangi nafsu makan dan membuat Anda tidak mudah lapar.
Kekurangan dari diet ini, tidak semua orang cocok dengan diet ini. Ada orang-orang yang mengalami peningkatan kolsterol jahat.
Bahkan, diet rendah karbohidrat yang ekstrim menyenankan kondisi serius yang disebut ketoacidosis.
Kondisi ini sering terjadi pada wanita menyusui dan bisa fatal apabila tidak ditangani dengan baik.
4. Diet Rendah Lemak Ultra (The Ultra Low-Fat Diet)
Diet rendah lemak melarang konsumsi lemak sampai 10% dari konsumsi kalori.
Banyak studi menyatakan diet ini kurang efektif mengurangi berat badan.
Sebab, diet ini mengurangi konsumsi lemak, tapi tinggi karbohidrat dan rendah protein.
Namun, studi membuktikan diet ini cukup efektif untuk mereka yang obesitas.
Kekurangannya, diet ini bisa menyebabkan masalah jangka panjang karena lemak sebenarnya tetap dibutuhkan dalam tubuh.
Selain itu, diet ini mengurangi konsumsi makanan sehat, kurang variasi, dan sangat sulit
dilakukan.
5. Puasa Intermittent
Diet ini memiliki pola makan dengan siklus puasa dan waktu makan tertentu. Dibanding melarang makan, justru diet ini menyuruh Anda untuk memakan semuanya.
Sehingga, diet ini lebih fokus ke pola makan. Terdapat beberapa metode dalam diet ini.
Ada yang menghindari makan pagi, membatasi waktu makan harian Anda hingga 8 jam, kemudian berpuasa untuk sisa 16 jam sehari.
Ada juga yang puasa selama 24 jam sekali atau dua kali dalam seminggu.
Diet puasa ini biasa diterapkan karena mampu mengurangi kalori asal Anda tidak terlalu banyak makan.
Menurut studi, jenis puasa ini bisa mengurangi inflamasi, level kolesterol, dan gula dalam darah.
Kekurangannya, diet ini tidak tentu cocok untuk setiap orang. Apalagi bagi Anda yang tidak kuat berpuasa dalam waktu yang lama. (Intisari-Online.com/ Juwita Imaningtyas)