Intisari-Online.com – Sudah mengenal masakan peranakan Tionghoa? Simak dulu beberapa makanan peranakan Tionghoa yang ada di Indonesia. Pengaruh Barat juga tampak pada sejumlah makanan peranakan. Umpamanya saja Pastel Tutup yang merupakan Shepherd’s Pie, plus soun dan jamur kuping. Juga ada masakan yang disebut “bistik daging has” atau “bistik ayam”, tetapi memakai kuah, mirip bistik jawa walaupun tidak sama.
Dikenal juga yang namanya Sup Biji Cuki atau Sup Kembang Telur. Supnya dari kaldu ayam dengan wortel, kembang kol, seledri, daun bawang, bakso ayam cincang. Kembang telurnya dibuat dari telur yang dimasukkan ke usus babi kering, lalu direbus sampai beku. Setelah dingin dipotong-potong dan dicemplungkan ke dalam sup. Kalau potongannya lurus saja setebal 1 cm, kembang telur ini bentuknya seperti kancing. Tapi kalau potongannya digurat-gurat akan mekar seperti bunga.
Apakah sehari-hari kaum Tionghoa Peranakan di Indonesia menghidangkan makanan khas etnik mereka? Tidak selalu. Kalau menjenguk meja makan mereka, kemungkinan besar yang Anda jumpai tidak berbeda dengan yang ada di meja makan orang Indonesia umumnya: sayur lodeh dengan ikan goreng atau sayur asem dengan sambal terasi dan ayam goreng kuning, atau sayur bening dengan empal, rendang dan telur balado, sate ayam bumbu kacang dengan lontong, nasi megono, nasi begana, nasi langi, nasi uduk, urap dengan ikan asin goreng, pepes-pepesan, gado-gado, sambal goreng petai atua bahkan semur jengkol.
Sebaliknya, sering dapat ditemukan hidangan khas Tionghoa Peranakan yang terhidang di meja makan mereka yang bukan dari etnik Cina seperti capcai, siomai, bihun goreng. Hidangan yang sudah demikian merakyat sudah menjadi menu tetap di gerobak-gerobak keliling atau warung kaki lima. (Menu Sehat)