Intisari-Online.com - Setelah beberapa hari yang lalu Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengutarakan “keanehkan” AirAsia QZ8501, kini giliran data ADS-B ungkap ketidakwajaran AirAsia QZ8501 sebelum menghilang di Selat Karimata. Data ADS-B (automatic dependent serveillance-broadcas) diperoleh awak Kompas.com di minggu-minggu awal pascahilangnya AirAsia QZ8501.
Data yang berupa foto dengan resolusi rendah itu menunjukkan beberapa informasi seperti nomor penerbangan, waktu (dalam standar UTC), posisi lintang-bujur, ketinggian pesawat, kecepatan, dan lain sebagainya. Seorang sumber yang tidak mau disebut namanya membenarkan bahwa data ADS-B itu berasal dari PK-AXC, Airbus A320 yang melayani rute Surabay-Singapura.
Selain informasi-informasi tersebut, data juga menunjukkan perilaku pesawat sesaat sebelum hilang dari pantauan radar. AirAsia QZ8501 terpantau sedang berada di ketinggian 24.025 kaki dengan kecepatan ground speed—kecepatan yang dihitung berdasarkan posisi pesawat dari satu titik di atas permukaan bumi ke titik lainnya—46 knots, dan vertical speed 11.518,75 kaki per menit.
Angka negatif dalam nilai vertical speed menunjukkan bahwa pesawat sedang kehilangan ketinggian. Kecepatan penurunan ketinggian dengan nilai 11.000 kaki per menit tersebut dianggap tidak wajar oleh beberapa pengamat penerbangan, terlebih jika melihat ground speed yang kecil, sekitar 60 knots, sementara air speed pesawat tidak terbaca.
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman, seperti dilansir Kompas.com, mengatakan, dengan dengan kecepatan jatuh vertikal 11.000 kaki per menit dan percepatan hingga 24.000 kaki per menit, sementara ground speed hanya 60 knots, pesawat seolah seperti jatuh vertikal begitu saja.
Hal itu menjelaskan kenapa serpihan pesawat ditemukan hanya 10 kilometer dari lokasi hilang kontaknya di radar. Gerry lantas membandingkan perilaku A320 milik Indonesia AirAsia yang jatuh tersebut dengan A330 milik Air France penerbangan 447 yang jatuh di Samudra Atlantik pada Juni 2009.
"Walau AF447 jatuh dengan kecepatan vertikal yang tinggi (10.000 kaki per menit ke bawah), ground speed-nya juga tinggi (107 knots), sementara QZ8501 ini tidak," ujarnya. “Salah satu penjelasan logis terhadap kejadian seperti itu adalah adanya updraft (angin kencang ke atas) disertai dengan downdraft (angin kencang ke bawah) yang tiba-tiba. Penyebab lain, bisa jadi karena gagal struktur di badan pesawat.”
Terlepas dari itu semua, yang jelas, data ketidakwajaran AirAsia QZ8501 sebelum menghilang sedikit banyak memberi kita gambaran bagaimana kondisi pesawat tersebut sesaat sebelum menghilang dari radar.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR