Masalah seksual dalam naskah ini diungkapkan dalam berbagai versi dan kasus.
"Misalnya menyangkut pengertian, sifat, kedudukan dan fungsinya, etika dan tata cara bermain seks gaya persetubuhan dan lain-lain," tulis Sukatno CR dalam Seks Para Pangeran: Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa (2002)
Sukatno juga memberikan contoh dalam Centhini II (Pupuh Asmaradana) diuraikan dengan gamblang soal "ulah asmara" yang berhubungan dengan lokasi genital yang sensitif dalam kaitannya dengan permainan seks.
Misalnya, cara membuka atau mempercepat orgasme bagi perempuan, serta mencegah atau mempercepat agar lelaki tidak cepat ejakulasi.
Dalam Centhini V (Dhandhanggula) terungkap juga ternyata perempuan tidak selamanya pasif soal urusan ranjang.
Mereka juga memiliki kebebasan yang sama dalam mengungkapkan pengalaman seksualnya. Padahal mereka selalu digambarkan pasrah, nrima kepada lelaki.
Beberapa naskah di atas adalah bagaimana leluhur kita memberikan pendidikan seks klasik dengan pengaruh kebudayaan masing-masing.
Hal yang sulit kita temui pada naskah-naskah yang mendapat pengaruh islam.
Source | : | berbagai sumber |
Penulis | : | Masrurroh Ummu Kulsum |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR