Advertorial
Intisari-Online.com -Ada sederet kesalahan Amerika Serikat ketika menginvasi Irak.
Sekitar akhir 2016 lalu, salah seorang analis CIA yang bertugas menginterogasi Saddam Hussein, bernama John Nixon, membeberkan fakta mencengangkan itu.
Ia dengan tegas mengatakan bahwa pemerintah AS melakukan kesalahan fatal dalam intervensi ke Irak.
Kesalahan fatal itu, terutama soal tudingan AS bahwa Irak menggunakan senjata pemusnah massal.
Baca juga:Beginilah Kondisi Afganistan 15 Tahun Setelah Invasi Amerika Serikat
Tak hanya itu, CIA juga melakukan kesalahan soal kondisi kesehatan Saddam, kebiasaan, dan keterlibatannya dalam pemerintahan Irak.
Lebih dari itu, Nixon juga mengkritik perilaku George W. Bush yang memerintahkan invasi ke Irak.
Ia menyebut, Bush hanya mau mendengarkan topik yang mau didengarnya.
Dalam sebuah kesempatan, Nixon pernah bertanya kepada Saddam Hussein terkait niatnya menggunakan senjata pemusnah massal terhadap tentara AS di Arab Saudi.
Saat itu Saddam menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tak pernah memikirkan untuk menggunakan senjata pemusnah massal.
“Hal itu tak pernah dibahas. Menggunakan senjata pemusnah massal melawan dunia? Adakah orang yang mampu melakukannya? Siapa yang akan menggunakan senjata itu terhadap mereka yang tak pernah menyerang kami?” ujar Saddam kepada Nixon waktu itu, seperti dikutip dari Kompas.com.
Ia menambahkan, pernyataan Saddam itu bukanlah hal yang ingin didengar Amerika Serikat.
Padahal, dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal yang menjadi pembenar invasi kontroversial AS dan Inggris terhadap Irak.
Baca juga:Hadapi Ancaman Korut, AS Kirim Kapal Selam Bertenaga Nuklir dan Dilengkapi Senjata Pemusnah Massal
Kesalahan intelijen terkait senjata pemusnah massal di Irak bukan satu-satunya kesalahan AS.
Nixon mengatakan, Saddam sudah memperingatkan soalnation buildingjika pemerintah Amerika Serikat ingin mengelola Irak.
“Anda akan gagal. Anda akan menyadari tak mudah untuk memerintah Irak,” tambah Saddam seperti disampaikan Nixon.
Masih kepada Nixon, Saddam mengatakan, pemerintah AS tidak memahami rakyat Irak karena AS tak memahami bahasa, pola pikir, sejarah, hingga cuaca negeri yang disebut sebagai Negeri 1001 Malam itu.
Ternyata prediksi Saddam menjadi kenyataan. Irak kini terjerembab dalam kekacauan setelah Saddam disingkirkan.
Sejak itu, konflik bersenjata tak kunjung reda di Irak, dan sudah mengakibatkan setidaknya 200 ribu warga negeri itu tewas (data tahun 2016).
Saddam Hussein dieksekusi dengan cara digantung pada 2006, tiga tahun setelah ia ditangkap pasukan khusus AS di dekat kampung halamannya, Tikrit.
Baca juga:Kisah Para Tentara Bayaran di Irak: Gajinya Gede Tapi Jadi Sasaran Favorit Pembom Bunuh Diri
Lepas dari itu, ada pola serupa yang dilakukan Amerika Serikat ketika menginvasi Suriah beberapa hari yang lalu.
AS menuding, negara Bashar al-Assad itu telah menggunakan senjata kimia di Ghouta.
Meski begitu, hingga sekarang, belum ada bukti yang cukup valid bahwa al-Assad menggunakan senjata berbahaya itu?