Kemungkinan untuk ikan
Sukses es kering yang kita baca dalam pelbagai media massa (termasuk majalah hiburan pusparagam pakai sticker), pemah juga mau ditiru dalam pengangkutan ikan segar.
Biasanya ikan-ikan ini diangkut dalam keranjang berlapiskan daun pisang, atau peti-peti kayu bersekat polystyrena (sejenis bahan penyekat yang kini sedang populer beredar di mana-mana), yang dibekali sejumlah es batu yang cukup sebagai pengawet dan pencegah kerusakan.
Perbandingan ikan dan es harus 1 : 2 . Baru dianggap cukup!
Sayang seribu sayang, jumlah es batu ini suka-suka dikurangi, sedang peti pengangkutnyapun seringkali kurang bagus penyekat dindingnya, sehingga mutu ikan segar yang diangkutnya merosot sekali, setibanya di pasar konsumen.
Es batunya sudah meleleh sampai kuyup, dan tidak bertugas sebagai pengawet lagi.
Sebenarnya bukan salah esnya, kalau dia meleleh dan memerosotkan mutu ikan. Mestinya ya kitalah yang harus mengusahakan agar jumlahnya cukup, sedang peti pengangkutnya tidak ngowos.
Tapi bagaimana kalau kita pakai es kering juga?
Dari hasil percobaan yang dilakukan Lembaga Tehnologi Perikanan kita di Jakarta ternyata, bahwa pelaksanaannya tidak semudah usaha pendinginan pada pengangkutan es krim.
Sebab, salah-salah ikan yang diberi es kering bisa kontan beku. Padahal keadaan membeku ini tidak diinginkan selama ikan itu masih ingin kita pertahankan (dan golongkan) sebagai ikan segar.
Karena itu, es kering yang dibubuhkan (yang ditaruh dalam wadah tersendiri, terpisah dari timbunan ikan dan es batu), mesti diperhitungkan dengan cermat, supaya jumlahnya sudah bisa bikin awet es batu pendingin ikan itu, namun tidak sampai bikin beku ikan yang bersangkutan.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR