Ia berkata, “The only thing that ever really frightened me during the war was the U-boat feril.”
Sementara Panglima U-Boot Jerman Laksamana Karl Donitz sejak awal telah sesumbar, bahwa alutsista yang paling berguna dalam Pertempuran Atlantik hanyalah kapal selam atau U-boat.
Ia menandaskan, yang dibutuhkan Jerman kala itu bukanlah kapal-kapal perang permukaan berukuran besar, melainkan kapal-kapal selam yang sulit dideteksi kehadirannya serta bersenjata mematikan. Teorinya terbukti benar.
BACA JUGA: 5 Tempat Wisata yang Harus Kita Kunjungi, Salah Satunya Ada Taman Neraka Lo!
Hancurnya kapal perang besar Bismarck maupun Admiral Graf Spee milik Jerman oleh kapal-kapal perang Inggris, adalah contoh dari kalkulasi Donitz. Dalam mengomandoi armada kapal selam Jerman, Karl Donitz juga punya taktik khusus, yakni “Wolf Pack” yang melibatkan unsur kekuatan udara.
Menyadari Inggris butuh kekuatan khusus untuk menghancurkan armada kapal selam Jerman, AS kemudian membantunya dengan mengirimkan ribuan pesawat pengintai sekaligus pengebom, baik melalui pembelian maupun sewa.
Amerika mengirimkan pesawat-pesawat pengebom yang dialihfungsikan oleh Inggris menjadi pesawat pengintai laut sekaligus pemburu kapal selam Jerman.
Pesawat-pesawat untuk fungsi tersebut dilengkapi radar khusus ASV (air-to-surface vessel) yang mampu memetakan kehadiran U-Boot pada malam hari maupun pada kondisi cuaca buruk.
BACA JUGA: Tidak Berbahaya, Durian Justru Bermanfaat Bagi Ibu Hamil. Ini Faktanya!
Sementara untuk misi penghancuran, pesawat dilengkapi beragam senjata seperti depth charges dan roket. Pesawat juga dilengkapi dengan senjata-senjata pertahanan diri di udara seperti senapan mesin di berbagai sisi.
Ditemukannya teknologi pendeteksi kapal selam pada akhirnya memang memutarbalikkan masa kejayaan U-Boot.
Namun, Inggris dan AS yang memenangi pertempuran, tidak lantas menjadikan kapal selam tak berguna. Hingga saat ini kapal selam tetap menjadi monster bawah laut yang sangat menakutkan. (Ditulis oleh Roni Sontani. Seperti dimuat di Majalah Angkasa Agustus 2015)
BACA JUGA: Kisah Bung Karno di Akhir Kekuasaan, Sekadar Minta Nasi Kecap Buat Sarapan pun Ditolak
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR