Advertorial

‘Saya Menderita Kanker Paru-paru di Usia 31, Padahal Saya Tidak Pernah Merokok’

K. Tatik Wardayati
,
Tatik Ariyani

Tim Redaksi

Seorang gadis berusia 31 tahun didiagnosis menderita kanker paru-paru, padahal ia mengaku tidak pernah merokok.
Seorang gadis berusia 31 tahun didiagnosis menderita kanker paru-paru, padahal ia mengaku tidak pernah merokok.

Intisari-Online.com – Rachael Malmberg berusia 31 tahun ketika ia menerima diagnosis yang mematikan.

Kemudian ia berjuang melawan kondisinya dan memulai misi untuk mengedukasi penyebab utama kanker paru-paru, dan tidak ada hubungannya dengan merokok.

Rachael Malmberg sedang menikmati liburan Thanksgiving tahun 2016 di Florida bersama keluarganya ketika terjadi masalah.

Dia keluar untuk berlari, tiba-tiba rasa sakit menjalar dari lehernya ke tulang rusuk menghentikan rasa dinginnya.

Baca Juga : Meski Bukan Perokok, Anda Bisa Terkena Kanker Paru-paru Gara-gara 5 Hal Ini, Salah Satunya Ada di Tempat Kerja

Saat itu ia berusia 31 tahun dan seorang atlet yang unggul.

Malmberg terbiasa merasakan ketidaknyamanan, ia memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit.

Tetapi ketika ibunya memperhatikan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan latihannya, ia meyakinkan putrinya untuk menemui dokter.

Akhirnya Malmberg pun setuju, ia menyatakan bahwa nyeri ini tidak akan reda hanya dengan terapi fisik atau istirahat di tempat tidur.

Baca Juga : Dari Perokok Aktif hingga Bukan Perokok, Berapa Persenkah Seseorang Berisiko Terkena Kanker Paru-paru?

“Dokter memberi tahu saya bahwa saya berolahraga terlalu keras dan untuk membuatnya mudah,” kenang Malmberg.

“Saya tahu bukan itu. Saya tidak melakukan sesuatu yang tidak biasa selama latihan saya.”

Rasa sakitnya semakin memburuk, kemudian ia mulai merasakan sakit di bawah lengannya.

Dia juga mengalami benjolan di payudaranya, meskipun dokter memutuskan bahwa benjolan itu jinak.

Ketika rasa sakit di ketiaknya tidak juga mereda, Malmberg tahu dia perlu memperhatikan itu.

Baca Juga : Asap Kendaraan Bermesin Diesel Juga Bisa Menyebabkan Kanker Paru-paru

Dokternya menolak permintaan Malmberg untuk MRI payudara.

Ia pun terbang ke Michigan untuk melakukan pemindaian dengan dokter lain.

“Payudara saya terlihat bagus, tetapi mereka menemukan massa di paru-paru saya,” kenang Malmberg.

Ia kemudian menjalani CT-scan pad ahari yang sama. Dan karena ia tidak memiliki gejala kanker dan masih muda, dokter berpikir mungkin infeksi radang tenggorokan yang berkembang menjadi pneumonia, jelasnya lagi.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal: Mengapa Ada Perokok yang 'Lolos' dari Kanker Paru?

Malmberg pun diberi antibiotik selama sepluh hari dan disuruh untuk mengulangi CT scan untuk melihat massa itu kembali.

“Ketika CT scan kedua tanpa perubahan, saat itulah ternyata ada sesuatu yang sangat salah,” kenangnya, seperti dilansir dari laman Reader’s Digest.

Setelah bronkoskopi abnormal (cara mengambil jaringan paru-paru melalui tenggorokan untuk biopsi), ia menerima berita mengejutkan bahwa ia kemungkinan besar menderita kanker paru-paru.

Sekitar 230.000 orang Amerika didiagnosis menderita kanker paru-paru setiap tahun, menurut American Lung Association, dan ini adalah penyebab utama kematian akibat kanker.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal: Waspada, Antioksidan Beta Karoten Justru Memicu Kanker Paru Bagi Perokok

Biasanya, perokok atau pekerja industri adalah yang berisiko tinggi, tetapi Malmberg tidak termasuk dalam kategori tersebut.

Tanpa disadarinya, ternyata rumahnyalah yang menjadi penyebab utama kanker paru-paru, yaitu radon.

Gas radioaktif yang tidak berbau dan tidak berwarna merembes dari tanah dan dapat terkumpul di beberapa rumah.

Ketika pengujian lebih lanjut mengungkapkan bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening dan otaknya, Malmberg sangat terpukul.

Baca Juga : Sutopo Purwo Derita Kanker Paru-paru Stadium 4B, Begini 5 Gejala Umumnya

Tetapi sebagai seorang wanita yang sudah menikah (ia memiliki seorang anak perempuan), ia dengan cepat melanjutkan hidupnya untuk mempelajari semua yang ia bisa tentang kondisinya dan pilihannya.

Kanker paru-paru sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, tetapi gejalanya dapat berupa batuk yang tidak akan hilang, batuk dengan darah, kelelahan, penurunan berat badan, nyeri di dada, punggung, atau bahu.

Malmberg pun membuat keputusan untuk melawan. “Saya harus mengalahkan ini. Saya telah menerimanya sebagai kehendak Tuhan. Saya hanya ingin tahu apa langkah saya selanjutnya,” katanya.

Ia pun menjalani radiasi yang ditargetkan pada dua tumor yang tidak bisa dioperasi di otaknya.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal Karena Kanker Paru: Perubahan Kecil pada Kuku Ini Bisa jadi Salah Satu Tandanya

Ia juga menjalani operasi untuk mengangkat kelenjar getah bening di dadanya dan lubus tengah dan parsial paru-paru kanannya.

Ia kemudian memulai terapi obat yang ditargetkan untuk mencegah pertumbuhan kanker baru, dan selama hampir setahun ia telah berhaisl menjaga kankernya ketika dicek.

“Ini memungkinkan saya untuk menjalani hidup saya, alih-alih hidup dalam kanker,” katanya.

Kini, kanker tidak lagi menjadi pusat perhatiannya. Malmberg mengarahkan pandangannya ke masa depan.

Baca Juga : Beginilah Cara Bon Jovi Mengejutkan Penggemarnya yang Menderita Kanker Paru-paru Stadium 4

Ia berencana untuk berlari maraton dan terus mengedukasi orang lain tentang bahaya radon.

Rumahnya telah dites positif memiliki tingkat radon yang lebih tinggi dari normal, dan ia juga menguji rumah tempatnya dibesarkan.

“Kanker telah memberi saya pandangan baru tentang apa yang benar-benar penting,” katanya.

“Tuhan telah memilih saya untuk melewati ini karena suatu alasan, dan saya melihatnya sebagai berkat sekarang. Saya bisa menjadi cahaya yang bersinar, dan suara bagi mereka yang tidak cukup kuat untuk menggunakannya,” kata Malmberg.

Baca Juga : Inilah Lima Gejala dari Kanker Paru-Paru yang Wajib Diketahui Agar Bisa Ditangani Sedini Mungkin

Ia memiliki pesan untuk orang-orang yang mengalami goncangan akibat diagnosis baru seperti kanker paru-paru.

“Anda tidak perlu bertindak segera, meskipun ada banyak tekanan untuk membuat keputusan cepat. Ambil langkah mundur dan bernapas. Jadilah penasihat bagi diri sendiri. Dokter Anda menjadi ahli dan penuntun, tetapi Andalah yang memutuskan sendiri apa yang Anda inginkan.”

Artikel Terkait