Advertorial

Asap Kendaraan Bermesin Diesel Juga Bisa Menyebabkan Kanker Paru-paru

Moh. Habib Asyhad
Intisari Online
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Dalam kandungan solar terdapat beberapa partikel kimia yang bisa merusak kesehatan manusia dan meningkatkan risiko kanker paruparu.
Dalam kandungan solar terdapat beberapa partikel kimia yang bisa merusak kesehatan manusia dan meningkatkan risiko kanker paruparu.

Intisari-Online.com -Meninggalnya istri Indro Warkop kembali mengingatkan kita bahwa banyak hal yang bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Salah satunya, mungkin kita jarang menyadarinya, adalah asap kendaraan bermesin diesel.

Soal bahaya asap bagi paru-paru kita pernah diulas Tabloid Otomotif edisi No.18/VIII Senin 14 September 1998 berjudul “ASAP KENDARAAN DIESEL PENYEBAB KANKER”.

***

Cukup mengejutkan pernyataan yang dikeluarkan California Air Resource Board (CARB) pada 27 Agustus 1998 lalu.

Pada awal press releasenya, secara gamblang ditulis, bahan kimia yang terdapat dalam gas buang mesin diesel tergolong penyebab kanker.

Baca Juga : Istri Indro Warkop Meninggal: Mengapa Ada Perokok yang 'Lolos' dari Kanker Paru?

Hal ini langsung diangguki Prof DR. dr. A. Harryanto Reksodiputro, saat itu wakil direktur pelayanan medik, RS Kanker Dharmais.

"Betul, terutama paru-paru atau bisa juga kulit," tandasnya.

Pernyataan ini sekaligus menjegal anggapan yang selama ini beredar bahwa gas buang diesel relatif tak membahayakan ketimbang bensin.

Itu di California. Bagaimana dengan kondisinya di Indonesia?

Mengingat polusi asap yang ditimbulkan bus angkutan umum atau kendaraan diesel lainnya, kian hari kadarnya makin tinggi.

ZAT PROMOSI

Boleh disebut kalau anggapan solar lebih ramah dari bensin mulai saat ini terjungkal.

Memang kalau melihat jenis bahan bakarnya, solar itu sendiri tidak mengandung timbal atau Pb (Plumbum).

Sehingga jika terhirup manusia - katanya - relatif tidak membahayakan.

Tapi jangan lupa, dalam kandungan solar terdapat beberapa partikel kimia yang bisa merusak lingkungan maupun kesehatan manusia.

Baca Juga : Indro Warkop: Kebodohan Terbesar yang Pernah Saya Lakukan adalah Merokok

Menurut Ir. Anton L. Wartawan, Dipl. Ing, waktu itu peneliti madya PPPTMGB LEMIGAS, "Asap hitamnya itulah yang lebih berbahaya ketimbang bensin."

Sama halnya dengan bensin, gas buang solar mengandung unsur CO, CO2, HC (hidrokarbon).

Bedanya, gas buang solar memiliki kandungan TSP dan PM10.

Zat terakhir ini menjadi pemicu kanker dalam tubuh manusia.

Bagaimana terjadinya? Menurut Harryanto, sebenarnya setiap manusia punya sel kanker.

Menjadi penyakit lantaran salah satu sel itu perkembangannya tidak mengikuti aturan (mutasi gen).

Misal, gara-gara terpancing oleh suatu zat kimia, kebiasaan hidup dan daya tahan tubuh kurang.

Setelah itu akan terjadi perubahan gen yang relatif cepat.

Melihat urutannya, setelah gas buang solar terhirup, zat kimia di dalamnya langsung berperan sebagai salah satu pemancing.

Sehingga sel kanker yang ada dalam tubuh manusia bakal tergoda untuk berkembang pesat.

"Jadi, zat kimia dalam solar itu merupakan promoting factor (zat promosi) untuk mengaktifkan sel kanker dalam paru-paru atau kulit," jelasnya.

Baca Juga : Kabin Pesawat Ini Dipenuhi Asap oleh Pilotnya Sendiri Gara-gara Penumpang Tak Mau Turun

BIAYA TINGGI

Sedang serangan terjadinya kanker itu sendiri relatif lama, tergantung pada dua faktor: familial dan daya tahan tubuh.

Biasanya sel kanker itu butuh waktu berkembang hingga bertahun-tahun.

"Bukan ketika menghirup langsung terserang, lo," ujar Harryanto.

Jadi, bila seseorang punya daya tahan tubuh yang baik dan tak ada unsur familial, risikonya lebih kecil atau tak terserang sama sekali.

Sayangnya, waktu itu Rumah Sakit Kanker Dharmais sendiri belum pernah melakukan riset, apakah gas buang kendaraan diesel di Indosudah makan korban.

Menurut Harryanto, penelitian ini penting. "Tapi butuh biaya cukup tinggi," keluhnya.

Apalagi, korban keganasan kanker ini kian tahun makin meningkat.

"Pokoknya pada 1998 dari tiap 1.000 orang penduduk, terdapat 1 pengidap," tambahnya.

Untuk memperkecil kemungkinan, bagi mereka yang merasa sering berhubungan dengan asap ini, dianjurkan untuk mengubah kebiasaan hidup.

Antara lain, memperhatikan gizi, istirahat cukup, memperkuat daya tahan tubuh, berolahraga, serta "Tinggalkan rokok, alkohol dan Iain-lain," terang pria berkacamata itu.

Nah, tukan.

Artikel Terkait