Advertorial
Intisari-Online.com - Bicara gawai tak bisa dilepaskan dari telepon seluler (ponsel) yang kian tahun kian pintar. Apalagi pada 2018 kemarin, artificial intelligent (kecerdasan buatan/AI) mulai cawe-cawe dalam membuat ponsel semakin pintar.
Di 2018 itu, kehadiran AI pada ponsel pintar berpusat kepada hasil kamera. Kehadirannya membuat kamera ponsel pintar mampu mengatasi keterbatasannya. Dengan ukuran yang semakin tipis, ponsel zaman kini tidak memungkinkan untuk meletakkan lensa dan sensor kamera yang besar seperti pada kamera-kamera profesional. Nah, AI bisa menjadi jawabannya.
Kehadiran AI pada kamera bisa dilihat pada ponsel pintar Google yang baru, Pixel seri 3. Melawan tren arus kamera pada banyak ponsel pintar (yang mengandalkan banyak lensa kamera untuk mendapatkan hasil yang lebih baik), Pixel seri 3 hanya mengandalkan satu lensa kamera saja. AI-lah yang akan melakukan banyak hal demi memperoleh hasil yang lebih baik.
Saat menekan rana kamera, Pixel 3 ini mengambil beberapa foto. Kemudian beberapa foto ini digabungkan untuk mendapatkan hasil akhir sebuah foto yang optimal, seperti foto dengan kontras dan dynamic range yang sangat baik berkat algoritma AI di HDR+. AI juga bisa mengetahui mana objek foto di depan dan mana di belakang, kemudian bisa “meniru” kamera profesional untuk membuat latar belakang foto yang blur.
Yang lebih menakjubkan adalah mode night sight yang sangat kental dengan algoritma AI. Malam hari yang minim cahaya bisa disulap bak siang hari dengan terang benderang sinar. Ini dimungkinkan dengan mengambil beberapa buah foto kemudian digabungkan, dan AI memperkirakan objek apa yang sedang di foto. Daun-daun yang pada malam hari terlihat gelap seperti diwarna ulang kehijauan, pantulan cahaya pada jalan dibuat lebih terang, dan seterusnya, sehingga dihasilkan gambar malam hari yang jelas. Bahkan terkadang terlihat bukan di foto malam hari.
Baca Juga : Inilah Hal Buruk yang Terjadi Pada Otak Anak-anak Jika Bermain Ponsel dalam Waktu Berjam-jam
Baca Juga : 7 Ponsel Terbaik yang Paling Ditunggu-tunggu di Tahun 2019!
AI menyaru manusia
Masih banyak yang bisa dilakukan AI pada kamera ponsel pintar khususnya pada Pixel 3. Seperti melakukan zoom in. Ini bukan zoom in yang sebelumnya dikenal, yakni zoom in digital. Pixel 3 melakukan zoom in dengan bantuan AI, memadukan gambar dari beberapa sudut sedikit berbeda karena gerakan tangan saat mengambil foto, dan menggabungkan hasilnya menjadi pembesaran digital yang jelas, seperti pembesaran optikal.
Melalui AI juga wajah-wajah yang tertangkap kamera ponsel bisa dikenali sebagai bagian dari proses security unlock dengan deteksi wajah. Pun digunakan untuk pemetaan 3D wajah pada berbagai aplikasi, termasuk aplikasi yang fun seperti wajah kita menggunakan topeng, kumis, topi, dll, pada aplikasi chat atau media sosial.
Dengan dasar-dasar seperti itu tadi, AI d 2019 akan berkontribusi lebih lagi. Pada acara Tech Summit Qualcomm 2018 yang baru saja dilangsungkan di Hawaii, diperkenalkan prosesor atau SoC mobile dengan kemampuan AI yang lebih bertenaga. Pada 2019, AI tak hanya bisa memanipulasi foto tapi juga video secara real time. Misalnya saat merekam atau bercakap-cakap lewat panggilan video dan ingin mengganti latar belakang, yang aslinya sebuah kamar, seolah-olah berada di tengah gedung-gedung kota, atau sedang liburan di negara lain.
Dengan kemampuan prosesor baru yang lebih bertenaga, manipulasi gambar video ini bahkan sanggup mengganti latar belakang, membuat blur background dalam format video resolusi tinggi seperti video 4K 60FPS.
AI juga akan berkontribusi bukan hanya pada video dan gambar, tetapi juga pada banyak fitur ponsel pintar lain, seperti voice assistant yang semakin pintar, memetakan kebiasaan setiap pengguna dan mengeset daya ponsel sesuai kebutuhannya, menghilangkan suara bising di sekitar saat bercakap-cakap di telepon hanya dengan satu mic, dan banyak kemampuan AI lain yang akan digunakan untuk AR (augmented reality), VR (virtual reality), hingga XR (extended reality).
Sementara di acara tahunan Google IO, didemonstrasikan kemampuan AI yang bisa diminta untuk menelepon sebuah layanan dengan intonasi dan respon seperti manusia bercakap-cakap. Hebatnya lagi, bisa menirukan bentuk frasa saat manusia normal bercakap-cakap seperti menambahkan kata “ehm ...” atau jeda seperti sedang mempertimbangkan.
Pada acara berikutnya, Pixel 3 dari Google bisa menerima telepon menggantikan pemiliknya untuk mengetahui siapa yang menelepon, apakah dari telemarketing atau rekan sejawat.
5G, tak sekadar cepat
Selain AI yang akan mengubah bagaimana hasil foto ditampilkan, 2019 sepertinya akan ditandai pula dengan koneksi jaringan generasi kelima atau 5G. Perlu ditekankan di sini, 5G bukan hanya sekadar peningkatan kecepatan internet, seperti dari 3G ke 4G. Generasi kelima akan menjadi tulang punggung, atau jalanan utama untuk teknologi baru yang sedang dikembangkan. Tanpa 5G, kita seperti memiliki mobil sport super cepat, tetapi tidak memiliki jalanan untuk menggunakannya.
Secara skala bandwidth, 5G akan menawarkan pita jaringan yang lebar. Kota-kota dunia sudah beralih menjadi smart city, dengan pertukaran data sudah sangat masif besarnya. Tanpa pita jaringan yang lebar, data itu akan tersendat-sendat. Kota cerdas diperlukan untuk berbagai pelayanan masyarakat yang optimal, dari layanan publik, keamanan, hingga kesehatan. Inilah hakikat sejati kota cerdas. Tidak sekadar tersedianya jaringan internet di area publik, misal WiFi di taman-taman kota.
Kota cerdas meliputi banyak layanan masyarakat yang tersedia dengan cepat dan mudah diakses, misalnya mission critical, seperti pemadam kebakaran, ambulance, kepolisian dan lain sebagainya. Kota cerdas bisa mengetahui dengan cepat tempat kejahatan terjadi dan polisi pun bisa tahu dengan pasti lokasi kejahatan. Orang hilang bisa lacak dari kali terakhir terlihat menggunakan kamera CCTV yang sudah memiliki kemampuan pengenalan wajah. Masih banyak hal lain yang berkaitan dengan lalu lintas data dalam sebuah komunitas kota cerdas.
Karakteristik jaringan 5G yang terpenting adalah low latency single digit, atau jeda yang sangat kecil, dari saat tombol diketuk dan eksekusi dijalankan. Ini sangat penting untuk industri baru, dan memungkinkan banyak peralatan dikendalikan dari jarak jauh. Bisa saja sebuah pabrik di Bekasi, dikendalikan langsung secara real time dari kota di Amerika Serikat, dengan panduan langsung kamera atau bahkan 3D VR. Setiap klik yang dilakukan operator dari Amerika akan langsung dilaksanakan di pabrik di Bekasi, tanpa jeda waktu.
Jeda yang sangat kecil ini dibutuhkan selain untuk industri juga untuk autonomous car, atau mobil pintar yang bisa berjalan sendiri tanpa supir. Beberapa negara maju sudah menggunakan bus atau kendaraan publik tanpa supir. Selain bisa berjalan sendiri dengan kemampuan AI, kendaraan ini bisa dikendalikan dari pusat kontrol. Nah, jika mengalami jeda waktu yang besar bisa berarti bencana. Misalnya saja dikasih perintah pengereman, karena adanya jeda di jaringan, perintah ini baru dijalankan beberapa saat kemudian. Bisa dibayangkan jika berjalan dalam kecepatan tinggi dan di depannya ada kendaraan atau orang yang menyeberang.
Pita lebar 5G juga membuat kualitas pendidikan tak tersekat oleh wilayah. Peserta didik bisa belajar daring. Video dan bahkan augmented reality bisa menjadi bahan ajar. Mereka bisa memahami topik lebih dalam, bisa mengunjungi tempat-tempat yang jauh dan butuh biaya mahal untuk berkunjung seperti laut yang dalam lewat teknologi VR. Sama seperti pertemuan atau meeting penting yang tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik.
Di 2019 kita akan melihat betapa 5G akan mengubah banyak cara yang sekarang ini kita kenal. Industri media cetak kehilangan pasar, sementara industri hiburan akan berubah, dari gaming, konser, ke streaming. Perpindahan ini pun akan mengancam siaran TV analog dan TV kabel, karena konsumen akan memasuki teknologi streaming berbasis internet dan kustomisasi layanan hiburan.
Baca Juga : Internet Lemot? Tenang, Atasi dengan Cara Setting APN Seperti Ini
Baca Juga : Tanpa Disadari, 6 Kebiasaan Berikut Bisa Tingkatkan Kesehatan, Termasuk Gunakan Internet Tiap Hari
Smart PC, always connected PC
Kebutuhan untuk selalu tersambung pelan tapi pasti menular pada gawai dengan dimensi dan layar yang besar, seperti tablet dan laptop. Terlebih ketika beberapa pekerjaan kurang maksimal dikerjakan di ponsel pintar. Masalahnya, laptop masih butuh colokan listrik dan koneksi WiFi. Hal ini tak lepas dari karakteristik prosesor pada laptop yang pada umumnya membutuhkan daya lebih besar untuk menghasilkan kinerja yang cepat.
Mengatasi dua kelemahan utama laptop, pada akhir 2017 Qualcomm memperkenalkan laptop yang menggunakan prosesor ponsel pintar (SoC): SmartPC. Selain irit daya, bentuknya ringkas, tidak menghasilkan panas yang besar, prosesor ponsel pintar sudah memiliki modem di dalamnya. Tinggal diberikan sebuah slot SIM card, maka laptop akan bekerja layaknya sebuah ponsel pintar. Konsep selalu terhubung atau always connected ke jaringan data pun terwujud.
Desember 2018, diperkenalkan Snapdargon 8CX, prosesor smart PC yang lebih bertenaga. Prosesor ini seimbang dengan prosesor laptop pada umumnya saat ini dalam hal tenaga komputasi. Namun kelebihannya adalah penggunaan daya jauh lebih irit, sehingga laptop bisa digunakan berhari-hari dengan baterainya yang berkapasitas besar.
Konsep always connected akan menjadi bagian dari smart-nya sebuah laptop. Sebuah revolusi akan bergerak dalam dunia per-laptop-an. Jika sebelumnya saat kita mengunduh atau mengunggah berkas harus menunggu selesai untuk bisa mematikan laptop, kini hal itu tak perlu. Begitu juga dengan pesan-pesan dari media sosial atau aplikasi chat, surat elektronik, akan terus masuk seperti layaknya kita menggunakan ponsel pintar. Jadi, ketika kita membuka laptop informasi baru sudah tersedia di dalamnya.
Dengan didukung teknologi jaringan 5G, 2019 akan memberi warna baru bagi laptop.
Ponsel pun bisa dilipat
Sudah cukup lama pengguna gawai berharap suatu saat mereka cukup menggunakan satu buah gawia saja untuk semua kebutuhan. Sekarang ini sebagian data ada di ponsel pintar, sebagian (mungkin) di tablet, dan sebagian di laptop atau PC. Alhasil, banyak orang membutuhkan perangkat yang berbeda-beda.
Ponsel pintar memiliki keunggulan dari sisi ukuran yang mudah dikantungi dan dibawa ke mana saja, dibanding tablet atau laptop. Masalahnya, ketika berhadapan dengan pekerjaan atu aktivitas yang membutuhkan layar besar, seperti menonton film, bekerja dengan file lembar kerja, atau melakukan presentasi, baru terasa kekurangannya.
Lalu muncullah solusi ponsel pintar lipat seperti pada acara Developer Conference Samsung baru-baru ini. Saat itu didemokan foldable smartphone Samsung. Saat dilipat menjadi ponsel pintar kebanyakan, ketika dibuka menjadi layar tablet.
Dikabarkan Huawei, Lenovo, Oppo, dan merek lain juga sedang mempersiapkan ponsel pintar lipat ini. Tahun 2019 kita akan melihat produk ini bisa dimiliki masyarakat.
Ponsel pintar lipat ini akan membuka jalan untuk mewujudkan impian satu perangkat untuk semua keperluan. Tentu harus didukung oleh kemampuan prosesor mobile yang semakin kencang dan irit daya serta koneksi 5G.
(Lucky Sebastian, pengamat gawai)