Advertorial
Intisari-Online.com - Batu berbentuk silinder kuno yang telah membingungkan para ahli selama lebih dari seratus tahun nampaknya kini telah terungkap kegunaannya.
Ya, drum Folkton unik berusia 4.000 tahun ini berasal dari periode Neolitik dan ditemukan di kuburan seorang anak pada 1889.
Sejak penemuan mereka, batu silinder berukiran rumit ini telah dipelajari oleh peneliti sedemikian lama.
Sekarang para peneliti mengklaim bahwa benda ini digunakan sebagai alat 'pengukuran standar.'
Baca Juga : Hari Ibu: 10 Artis Hebat Ini Tetap Bisa Kuliah Meski Harus Sambil Urus Anak, Inspiratif!
Mereka digunakan untuk merencanakan lingkaran batu yang dibangun oleh nenek moyang Zaman Batu kita sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Dilansir dari Daily Mail, Jumat (21/12), Profesor Mike Parker Pearson, dari University College London, dan Profesor Andrew Chamberlain, dari Universitas Manchester, telah menghitung lingkar pot.
Ukuran batu-batu silinder ini memang berbeda, namun jika di setiap silinder dililitkan tali, maka hasilnya semua merupakan kelipatan 0,322 meter.
Baca Juga : Seorang Bayi Meninggal, FDA Peringatkan Orang Tua untuk Tidak Pakaikan Perhiasan Kalung dan Gelang pada Bayi
Profesor Chamberlain mengklaim bahwa jarak ini adalah standar pengukuran Zaman Batu, yang dijuluki 'kaki panjang'.
Mereka mengatakan bahwa nenek moyang kuno kita bisa menggunakan metode untuk membuat lingkaran konsentris di Stonehenge.
Batu silinder bercorak itu ditemukan terkubur di kuburan bayi yang berasal dari tahun 2600 dan 2000 SM, oleh seorang arkeolog 130 tahun yang lalu.
Sementara untuk motif atau corak yang berada di batu, peneliti menganggapnya sebagai hiasan dekoratif saja.
Baca Juga : Untukmu yang Merindukan Ibu yang Telah Tiada Hari Ini
Untuk silinder terbesar, jika dililit dengan tali dalam 7 kali putaran maka ukurannya sepuluh kaki (3,22 m).
Jika Anda melilitkan tali 8 kali putaran pada silinder yang berukuran sedang atau 10 kali pada yang terkecil, maka hasilnya tetap sepuluh kaki panjang (3,22m).
Profesor Chamberlain percaya bahwa batu silinder digunakan sebagai alat pengukur panjang.
Meski argumennya tidak akan diterima oleh semua arkeolog, dia percaya bahwa kesimpulannya jauh lebih masuk akal.
Baca Juga : Warga yang Belum Daftar BPJS Kesehatan per Januari 2019 Tak Bisa Buat SIM dan Paspor, Benarkah?
Profesor Chamberlain juga mengatakan bahwa nenek moyang Zaman Batu bukanlah orang yang bodoh yang membangunStonehenge asal-asalan.
SIAPA YANG MEMBANGUN STONEHENGE?
Stonehenge dibangun ribuan tahun sebelum mesin ditemukan dengan berat bebatuan masing-masingnya dalam kisaran ton.
Baca Juga : Jika Kelak Perang Usai, Indonesia Berpeluang Garap Proyek Pembangunan Kembali Irak dan Suriah
Beberapa batu diyakini berasal dari sebuah tambang di Wales, yang berjarak 225 km dari monumen Wiltshire.
Untuk melakukan ini diperlukan kecerdikan tingkat tinggi, dan para ahli percaya bahwa para insinyur kuno menggunakan sistem katrol untuk membangun Stonehenge.
Sejarawan sekarang berpikir bahwa Stonehenge dibangun dalam beberapa tahap yang berbeda.
Tahap pertama selesai sekitar 5.000 tahun yang lalu oleh orang Inggris Neolitik yang menggunakan alat primitif, mungkin dibuat dari tanduk rusa.
Baca Juga : Warga yang Belum Daftar BPJS Kesehatan per Januari 2019 Tak Bisa Buat SIM dan Paspor, Benarkah?
selesai sekitar 5.000 tahun yang lalu oleh orang Inggris Neolitik yang menggunakan alat primitif, mungkin dibuat dari tanduk rusa.
Setelah orang Inggris Neolitik, kemungkinan penduduk asli Kepulauan Inggris meneruskan pembangunan itu dan kemudian dilanjutkan berabad-abad kemudian oleh keturunannya.
Seiring waktu, keturunan mengembangkan cara hidup yang lebih komunal dan alat yang lebih baik untuk membangun Stonehenge.
Tulang, alat, dan artefak lain yang ditemukan di situs tampaknya mendukung hipotesis ini.
Baca Juga : Belasan Tahun Menikah, Pangeran Charles dan Camilla Tidur di Kamar Terpisah