Advertorial

Memotret Sosok-Sosok Inspiratif di Pantura (2): Ayo, Ubah Stigma Terhadap Penderita HIV/AIDS

Mentari DP

Editor

Ekspedisi bertemakan “Energi untuk Perubahan” oleh PT Pertamina EP Asset 3 Tambun, Subang, dan Jatibarang Field.
Ekspedisi bertemakan “Energi untuk Perubahan” oleh PT Pertamina EP Asset 3 Tambun, Subang, dan Jatibarang Field.

Intisari-Online.com - Ekspedisi bertemakan “Energi untuk Perubahan” ini bertujuan memotret aktivitas program pengabdian masyarakat PT Pertamina EP Asset 3 Tambun, Subang, dan Jatibarang Field.

“Kami tidak semata-mata fokus pada operasional dan produksi saja, tetapi juga berbagi dan bersinergi dengan masyarakat dan lembaga terdekat di wilayah operasi,” tutur Hermansyah Y Nasroen, Public Relation Manager PT Pertamina EP.

“Harapannya agar masyarakat mendapatkan dampak positif dari operasi perusahaan di wilayahnya.”

Masyarakat tanpa stigma

Prihatin dengan angka penderita HIV/AIDS yang cukup tinggi di Kabupaten Subang.

PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field pada tahun 2017 menginisiasi program Pasukan Anti Penularan HIV/AIDS (Pantura) yang bergerak dalam bidang penanggulangan penyebaran HIV/AIDS, serta pengobatan dan pemberdayaan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

Program Pantura dilaksanakan oleh organisasi WAPA (Warga Peduli HIV/AIDS) yang berlokasi di Desa Sukareja.

Tantangan mereka adalah stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.

Perlakuan buruk terhadap ODHA merupakan bentuk diskriminasi yang muncul karena adanya prasangka negatif atau stigma.

Program edukasi mengenai HIV/AIDS pun digalakkan antara lain dengan melakukan penyuluhan serta lomba mural mengenai HIV/AIDS.

Harapan terbesar dari WAPA adalah ODHA bisa hidup berdampingan tanpa stigma dengan masyarakat.

Wanita pekerja seks dan orang dengan HIV/AIDS adalah sesama manusia yang harus kita rangkul dan temani, jangan dijauhi.

Denyut Topeng Mimi Rasinah di Desa Pekandangan

Ada pula aktivitas di bidang kesenian yang menjadi perhatian dari PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field melalui pendirian Sanggar Tari Mimi Rasinah.

Rasinah adalah maestro Tari Topeng dari Indramayu yang menekuni kesenian ini secara turun temurun, hingga kini masuk generasi kesebelas.

Sekian lama Tari Topeng sempat tertidur. Pada masa penjajahan Jepang, rombongan topeng dilarang dan perlengkapannya dimusnahkan.

Selama puluhan tahun Tari Topeng tertidur, hingga pada 1994 Mimi Rasinah “ditemukan” kembali oleh dosen STSI Bandung.

Kini Tari Topeng dilestarikan oleh Aerli Rasinah, cucu sekaligus penerus Sang Mestro.

Selain Tari Topeng, sanggar ini juga mengajarkan gamelan untuk mengiringi tari dan pembuatan topeng.

Tari Topeng, gamelan, dan topeng saling bergantung satu dengan yang lain. Tanpa keduanya Tari Topeng tidak akan ada.

Artikel Terkait